Selasa, 22 September 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN YANG BEROBAT DI POLIKLINIK DEWASA PUSKESMAS MATTIRO BULU





FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN YANG BEROBAT
DI POLIKLINIK DEWASA PUSKESMAS MATTIRO BULU




DEWI ANDRIANI
212240139


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH PARE-PARE (UMPAR)
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Study
            Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of Disease (GBD) tahun 2000, 50% dari penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh hipertensi. 1 Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta penderita hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES tahun 1988-1991. 2 Penyakit kardiovaskuler menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992 dan 1995 merupakan penyebab kematian terbesar di Indonesia.
            Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar tahun 2006 didapatkan bahwa hipertensi menempati urutan ke-6 yaitu 4,12% dari 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Pinrang, sedangkan pada tahun 2007 meningkat menjadi urutan ke-4 yaitu sebanyak 6,01%. 4,5 Pada Profil Puskesmas Mattiro Bulu tahun 2006 dan 2007 disebutkan hipertensi merupakan penyakit terbanyak ketiga, yaitu sebanyak 919 penderita dari 49.241 jiwa pada tahun 2006, dan 808 penderita dari 30.929 jiwa. 6,7 Pada evaluasi semester 1 Puskesmas Mattiro Bulu tahun 2014 hipertensi merupakan penyakit kedua terbanyak, yaitu sebanyak 445 penderita.
            Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Sisanya adalah hipertensi sekunder, yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya dapat diklasifikasikan, diantaranya adalah kelainan organik seperti penyakit ginjal, kelainan pada korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid, dan lain-lain.
            Faktor risiko hipertensi antara lain adalah: faktor genetik, umur, jenis kelamin, etnis, stress, obesitas, asupan garam, dan kebiasaan merokok. Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan pria memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang akan secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah. Kebiasaan merokok berpengaruh dalam meningkatkan risiko hipertensi walaupun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti.
            Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penderita yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1.      Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu periode Januari-Juni 2015.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
            Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penderita yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu periode Januari sampai Juni 2015 sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat untuk membantu mencegah timbulnya komplikasi yang lebih berat.
2. Tujuan Khusus
1)      Diketahui karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, pola asupan garam, tipe kepribadian dan riwayat keluarga dengan hipertensi.
2)      Diketahui hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Polikinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.
3)      Diketahui hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Polikinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.
4)      Diketahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Polikinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.
5)      Diketahui hubungan antara pola asupan garam dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Polikinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.
6)      Diketahui hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Polikinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.
7)      Diketahui hubungan antara tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Polikinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.
D. Manfaat Hasil
1. Subyek Penelitian
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan subyek penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi dan komplikasinya.
2. Puskesmas Mattiro Bulu
            Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan angka kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Mattiro Bulu dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.


3. Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang
            Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan dibidang kesehatan di masa mendatang khususnya dalam penatalaksanaan pasien dengan hipertensi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya.

4. Peneliti
a)      Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.
b)      Menambah pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis
1. Gambaran Singkat Hepertensi
a)    Defenisi
            Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi.
            Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi.
            Ketika dilakukan pemeriksaan tekanan darah menghasilkan dua angka, yaitu angka yang lebih tinggi dan angka yang lebih rendah. Angka yang lebih tinggi didapat ketika jantung berkontraksi (sistolik), sedangkan angka yang lebih rendah didapatkan ketika jantuk berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120 / 80 mmHg dapat diartikan sebagai tekanan darah yang normal. Ketika terjadi tekanan darah tinggi, umumnya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi umumnya terjadi ketika tekanan darah mencapai 140 / 90 mmHG atau lebih, pengukuran tekanan darah ini dilakukan pada lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
b. Epidemiologi
            Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia 11. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah 13. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. 11 Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8%. 14 Hasil penelitian Oktora (2007) mengenai gambaran penderita hipertensi yang dirawat inap di bagian penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2005 didapatkan penderita hipertensi meningkat secara nyata pada kelompok umur 45-54 tahun yaitu sebesar
24,07% dan mencapai puncaknya pada kelompok umur 65 tahun yaitu sebesar 31,48%. Jika dibandingkan antara pria dan wanita didapatkan wanita lebih banyak menderita hipertensi yaitu sebesar 58,02% dan pria sebesar 41,98%.
c. Patofisiologi
            Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologispenting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yangdiproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubahmenjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadiangiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanandarah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengaturosmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yangdiekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggiosmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkandengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. 25Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dar Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteronmerupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengaturvolume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengancara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
 d. Komplikasi
            Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Tabel 1. Komplikasi Hipertensi

            Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.
            Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus.
            Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali.
e.  Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1.      Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggiseperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.
2.      Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
3.      Menghambat laju penyakit ginjal.
a. Non Farmakologis
            Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
1.    Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
       Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.
2.    Meningkatkan aktifitas fisik
            Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.

3.    Mengurangi asupan natrium
Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat antihipertensi oleh dokter.
4.    Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.
b. Farmakologis
            Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB).
2. Batasan Hipertensi
            Berikut ini merupakan tabel klasifikasi atau penggolongan tekanan darah pada orang dewasa yang disandur dari Wikipedia.
Tabel 2. Kalsifikasi golongan darah pada orang dewasa
Pengertian Hipertensi Definisi Hipertensi adalah
3. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
            Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.  Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.
a. Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. 14 Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayathipertensi dalam keluarga.
b. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
            Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
c. Jenis kelamin
            Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. 19 Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
            Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.


d. Etnis
            Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar.
e. Obesitas
            Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional). 19 Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus.
Tabel 3. kategori indek massa tubuh (IMT) berdasarkan centre for obesity research and education 2007.
IMT
KATEGORI
<18,5
Berat badan kurang
18,5 – 22,9
Berat badan normal
≥ 23,0
Kelebihan berat badan
23,0 – 24,9
Beresiko menjadi obesitas
25,0 – 29,9
Obesitas I
≥ 30,0
Obesitas II

f. Pola asupan garam dalam diet
            Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masakmemasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.


Tabel 4. Kandungan Natrium pada Beberapa Makanan.
download (2).jpg
g. Merokok
            Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.
h. Tipe kepribadian
            Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan prevalensi hipertensi. Pola perilaku tipe A adalah pola perilaku yang sesuai dengan kriteria pola perilaku tipe A dari Rosenman yang ditentukan dengan cara observasi dan pengisian kuisioner self rating dari Rosenman yang sudah dimodifikasi. Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A menimbulkan hipertensi banyak penelitian menghubungkan dengan sifatnya yang ambisius, suka bersaing, bekerja tidak pernah lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas. Sifat tersebut akan mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan prevalensi kadar kolesterol serum meningkat, hingga akan mempermudah terjadinya aterosklerosis. Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

B. Kerangka Teori
tipe kepribadian
 
   

C. Kerangka Konsep












BAB III
METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Tempat Dan Waktu Penelitian
            Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mattiro bulu. Pengumpulan data dimulai pada tanggal 12 Agustus sampai 26 Agustus 2015.
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian meliputi:
a.       Variabel independen: umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, riwayat keluarga hipertensi, pola asupan garam dan tipe kepribadian.
b.       Variabel dependen: penderita hipertensi
B. Rancangan Penelitian
            Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan case control study untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penderita yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas Mattiro bulu periode Januari sampai Juni 2015.
C. Popolasi Dan Sampel
            Penelitian dilakukan terhadap kasus baru pasien hipertensi yang berobat di poliklinikdewasa Puskesmas Mattiro Bulu selama bulan Januari sampai Juni 2014 dengan jumlah 168.
            Sampel yang akan diambil berasal dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
1)   Pasien baru hipertensi, yang tercatat di buku register rawat jalan poliklinik dewasa
2)   Puskesmas Mattiro Bulu dan berobat kembali pada saat pengumpulan data.
3)   Mempunyai alamat yang lengkap dan tercatat di buku register rawat jalan dan berada diwilayah kerja Puskesmas Mattiro Bulu.
4)   Bersedia menjadi responden.
5)   Responden berada di tempat pada saat pengumpulan data..
b. Kriteria Eksklusi
a.    Pasien yang menderita penyakit diabetes melitus, penyakit ginjal, dan kelainan pada korteks adrenal. Tidak menderita penyakit psikosis.
c. Kriteria Kontrol
1) Pasien yang berobat ke Poliklnik Puskesmas Mattiro Bulu yang tidak didiagnosis menderita hipertensi dan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kelompok kasus.
2) Bersedia menjadi responden.
2. Besar Sampel
            Besar sampel penelitian ini sejumlah 146. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan total sampling dan teknik pengambilan purposive sampling.



D. Jenis Data Yang Di Kumpulkan
1. primer
            Data ini adalah data yang diperoleh dari wawancara lansung dengan  responden mengenai faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi misalnya umur, kepribadian, pola asupan diet, dak kebiasan merokok serta mengukur langsung tekanan darah pasien yang berobat di piliklinik desa Mattiro Bulu.
2. sekunder
            Data ini di dapatkan melalui catatan atau dokumentasi puskesmas Mattiro Bulu mengenai pasien-pasian yang pernah menderita hipertensi.  Pemeriksaan pasien yang menderit diabetes melitus, penyakit ginjal, dan kelainan pada korteks adrenal sesuai dengan kriterik sampel esklusi.
E. Pengumpulan Data
            Setelah didapatkan subjek penelitian, kemudian dilakukan wawancara terpimpin mengenai usia pasien, jenis kelamin, kebiasaan merokok, riwayat keluarga yang hipertensidan pola asupan garam dan tipe kepribadian dengan menggunakan kuesioner. Wawancaraterpimpin dan pengambilan kuesioner dilakukan pada subjek penelitian yang kembali berobat ulang ke poliklinik dewasa Puskesmas Mattiro bulu selama dilakukan penelitian dan melalui kunjungan rumah.
F. Pengolahan Dan Analisis Data
            Pengolahan data hasil penelitian akan dikelompokkan menjadi kelompok denganfaktor risiko dan kelompok yang tidak ada faktor risiko, pada kelompok kasus maupun pada kelompok kontrol. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan komputerisasi dengan menggunakan SPSS 12.0. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi selanjutnya data dianalisis secara:
a. Univariat
            Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel dependen dan independen untuk memperoleh gambaran karakteristik sampel menggunakan tabel distribusi frekuensi.
b. Bivariat
            Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dilakukan uji korelasi Spearman’s rho. Analisis statistik dilakukan dengan derajat kepercayaan 95% dengan tingkat kesalahan 0,05. Interpretasi hasil uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi serta arah korelasinya. Panduan lengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5. Panduan intrepretasi hasil uji hipotesis
c. Analisis faktor risiko
            Analisis ini digunakan untuk menetapkan pendugaan faktor risiko dengan outcome, dilakukan dengan menghitung berapa seringnya terdapat paparan pada kasus dibandingkan dengan kontrol, yakni berupa odds ratio (OR). Rumus penentuan OR sebagai berikut:
Analisis untuk menetapkan odds ratio ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Analisis Untuk Memperoleh Nilai Odds Ratio
            Selanjutnya untuk lebih menjelaskan seberapa besar faktor-faktor tersebut
mempengaruhi kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa
Puskesmas Mattiro Bulu, maka dihitung Population Attributable Risk (PAR), dengan rumus:

G. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
1)   Penderita hipertensi adalah penderita yang baru didiagnosis hipertensi oleh dokter yang bertugas di poliklinik dewasa Puskesmas  Mattiro Bulu, dan tercatat dalam buku register rawat jalan poliklinik dewasa, serta bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.
2)   Umur: yaitu umur penderita yang tercatat pada buku register rawat jalan poliklinikdewasa Puskesmas Mattiro Bulu. Selanjutnya dimasukkan dalam skala ordinal. Memiliki faktor risiko jika berumur 45 tahun dan dianggap tidak memiliki faktor risiko jika berumur < 45 tahun.
3)   Jenis kelamin: yaitu jenis kelamin responden yang tercatat pada buku register rawat jalan poliklinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu. Selanjutnya dimasukkan dalam skala ordinal. Memiliki faktor risiko jika wanita dan dianggap tidak memiliki faktor risiko jika pria.
4)   Riwayat keluarga: yaitu riwayat keluarga yang menderita hipertensi yang diketahui melalui kuesioner terpimpin. Yang dimaksud dengan keluarga disini adalah ayah kandung dan ibu kandung. Selanjutnya dimasukkan dalam skala ordinal. Jika memiliki riwayat keluarga hipertensi memiliki faktor risiko dan jika tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi tidak memiliki faktor risiko.
5)   Kebiasaan merokok : yaitu kebiasaan merokok responden yang didapatkan dari kuesioner terpimpin. Lama merokok didefinisikan sebagai waktu sejak pertama kali merokok sampai sekarang. Bila subjek berhenti merokok 6 bulan sebelumnya atau tidak pernah merokok sama sekali disebut sebagai mantan perokok atau bukan perokok 35. Selanjutnya dimasukkan dalam skala ordinal. Jika 15 batang/hari memiliki faktor risiko dan jika merokok < 15 batang/hari tidak memiliki faktor risiko.
6)   Asupan garam: yaitu tingkat asupan garam responden yang didapatkan dari kuesioner terpimpin. Selanjutnya dimasukkan dalam skala ukuran ordinal. Jika asupan 400 mg sodium dalam 4 kali/ minggu memiliki faktor risiko dan jika asupan 400 mg dalam < 4 kali/minggu tidak memiliki faktor risiko.
7)   Tipe kepribadian: yaitu tipe kepribadian penderita hipertensi yang diketahui melalui kuesioner terpimpin. Selanjutnya dimasukkan ke dalam skala ukuran ordinal. Tipe kepribadian yang beresiko (tipe A) jika berada pada skor > 56 dan tipe kepribadian yang tidak berisiko (tipe B) jika berada pada skor < 56.













DAFTAR PUSTAKA
Buku Epidemiologi Suatu Pengantar,Thomas Timmreck, jilid 1
Global Burden of Disease (GBD) tahun 2000
Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS.
2007.http;//www.CerminDuniaKedokteran.com/index.php?option=com_content&tas
k=view&id=38&Itemid=12).
Soesanto, A. M., Soenarto, A. A., Joesoef, A. H., Rachman, G. S., 2001. Reaktivitas
Kardiovaskuler Individu Normotensi Dari Orang Tua Hipertensi Primer. Jurnal
Kardiologi Indonesia. XXV (4) hal: 166 – 167.
Sianturi G. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. Last update 27 Februari 2003.
www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1046314663,16713, - 24k.
Anonim.Hipertensi.Primer.http://www.scribd.com/doc/3498615/HIPERTENSI
PRIMER?autodown=doc.
Susalit E, Kapojos EJ, Lubis HR. Hipertensi Primer Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal.453-470.

Ridjab DA. Pengaruh Aktifitas Fisik Terhadap Tekanan Darah. Majalah Kedokteran
Atmajaya, Volume 4, Nomor 2 2005. hal.73.

Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. 2000 hal.216.
Rayhani F. Epidemiologi Penderita Hipertensi Esensial yang Dirawat di Bagian
Penyakit Dalam Perjan RS DR. M. Djamil Padang Periode 1 Januari 2002 - 31
Desember 2003. Skripsi. Padang. 2005. Hal. 32.

 Cahyo N. Mengenal Hipertensi. http://indonesiaindonesia.com//hipertensi
%20dan%20stress.htm

 Pradono J. Prevalensi Penyakit Tidak Menular di Indonesia. Menurut Pendekatan
Lembaga Teknologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia bekerja sama dengan
Proyek Pengembangan Industri Garam Beryodium, Ditjen Industri Kimia, Agro dan
Hasil Hutan Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Retensi Kandungan Iodium. http://www.gizi.net/cgibin/
berita/fullnews.cgi?newsid1023429340,5799.