Rabu, 26 Agustus 2015

Mungkin Sosokku Memang Tak Sempat Terlintas di Pikiran, Namun Aku yang Diutus Tuhan Untuk Menggenapkan

Hai, pernahkah aku menjejakkan kaki mengitari bilik pikiranmu?
Mungkin jawabannya tidak. Wajar saja, karena kita belum pernah bertemu sebelumnya. Mungkin, kau sekarang sedang berjibaku mempertahankan hubungan yang sesungguhnya tak layak dipertahankan lagi. Aku pun juga sedang sibuk berpetualang mencari belahan jiwa.
Memang belum waktunya kita bertemu dan menuntaskan rasa. Namun di manapun dirimu berada, semoga kau percaya bahwa memang akulah yang diutus Tuhan untuk membuatmu bahagia.

Kau dan aku sedang menjalin hubungan asmara yang berbeda. Namun, Sang Pencipta tetap tahu mana yang terbaik untuk kita.

Tuhan tahu mana yang terbaik untuk kita
Tuhan tahu mana yang terbaik untuk kita via www.axioo.com
Kau boleh mengejekku sebagai seorang pengelana tak bertuan, toh sebenarnya kau juga sama. Mungkin kau boleh pongah, karena saat ini kau sedang menjalin cerita asmara dengan seorang manusia. Namun jika kau ingin tahu, aku pun juga bukan sembarang pengelana yang tak memiliki tujuan. Aku saat ini sedang sibuk menjelajah, mengetuk dari satu pintu hati ke pintu lainnya.
Sejenak singgah, hanya melihat-melihat ruang hati tanpa berminat untuk tinggal selamanya. Karena aku hanya berniat untuk memilikimu saja.
Aku yakin saat ini kita berdua belum pernah saling bertatap muka. Kalaupun pernah tentu aku sudah mengenali bahwa kau adalah tujuan terakhirku. Kita berdua masih disibukkan dengan jalinan cinta yang banyak makan emosi dan merontokkan kesabaran. Tak apa, Sang Empunya dunia tahu mana yang terbaik untuk kita. Memang inilah penempaan terbaik yang diberikan-Nya.
Tuhan tahu seberapa keras aku berjuang demi menemukanmu. Tunggu saja di sana, aku pasti akan segera mendapatkan izin untuk menjadi tuan di hatimu.


Sekarang kita harus bersabar menghadapi tingkah pasangan yang kurang masuk akal. Mungkin ini rute terjal yang harus ditempuh sebelum kita saling menemukan.

kita akan saling menemukan
kita akan saling menemukan via www.axioo.com
Ramuan rasa perih, pahit, dan sedikit manis tentu banyak kita rasakan hingga detik ini. Kelakuan dari pasangan yang kerap tak masuk akal sering kita dapatkan. Kau yang tak tahan dengan pasanganmu yang selalu menuntut ini itu. Begitu pula aku yang tak ingin meneruskan hubungan karena memiliki muara yang berbeda.
Anggaplah ini rute pendakian yang harus kita tempuh untuk saling menemukan. Buka mata dan ikuti setiap penanda yang dirangkai Sang Pencipta.
Kau dan aku harus mengikuti setiap episode cerita yang dibuatNya. Kita hanyalah harus berperan sebagai hamba yang patuh pada Sang Sutradara. Tak boleh banyak mengeluh, hanya harus mempertebal doa.


Sekarang, kau boleh memeras air mata karena merasa diacuhkan. Aku pun boleh menelan banyak kecewa karena tidak diperjuangkan. Tapi, sudahlah, percayai saja bahwa semua ini bisa dijadikan tumpuan untuk masa depan.

semua sudah digariskan
semua sudah digariskan via www.axioo.com
Sebelum kita menjadi sejiwa, aku dan kamu tentu akan melewati rangkaian cerita. Ratusan tetes air mata, bongkahan marah, buih-buih kecewa boleh tuntas kita rasakan. Biarkan kita mengenyangkan hati akan rasa-rasa itu sekarang ini. Karena aku berani bersumpah, aku dan aku tak akan pernah merasakannya kembali saat kita sudah menjadi satu pasang manusia.
Aku meyakini benar bahwa rasa sakit dan kekecewaan yang kita rasakan sekarang bisa menjadi pondasi kokoh bagi masa depan. Kita akan makin lihai karena telah ditempa dengan banyak sakit hati. Esok, kita tidak akan lagi kekecewaan yang akan kita alami.


Walau hingga kini kita belum dipertemukan, namun saat yang tepat pasti akan tiba. Ketika kau dan aku bersua, yakinilah aku yang diutus Tuhan untuk menggenapkan.

aku yang diutus Tuhan
aku yang diutus Tuhan via www.axioo.com
Sabarlah menungguku di sana, sebentar lagi pertemuan kita akan segera tiba. Hari dimana akan selalu ada rengkuhan hangat yang kusediakan. Hari dimana kau tak lagi memiliki sedih yang berkepanjangan. Kau dan aku akan segera dipersatukan.
Hingga detik ini mungkin kita memang belum dipertemukan. Namun, saat waktu pertemuan kita telah digariskan. Aku mohon, percayalah akulah yang diutus Tuhan untuk menggenapkan.

Gadis yang Tak Bisa Memasak Juga Istimewa. 7 Alasan Ini Membuatmu Yakin Memperjuangkannya

Kelihaian memasak dan berkutat di dapur sering diidentikkan dengan kesiapan untuk menjadi calon istri dan ibu yang baik di masa depan. Seakan keterampilan khas wanita yang satu ini jadi penentu apakah seorang gadis punya yang dibutuhkan untuk menjalani hari bersama. Kalau gak bisa memasak rasanya ada yang kurang dalam dirinya.
Hmmmm…..segitunya ya kemampuan memasak ini mempengaruhi penilaian pria?
Padahal di balik kecanggungan seorang gadis mengolah bahan makanan, di balik kikuknya dia saat memegang pisau dan berada di balik penggorengan ada kualitas lain yang membuatnya layak diperjuangkan. Ingin tahu kenapa? Berikut Hipwee jabarkan 7 alasannya!


1. Kata orang, cinta itu dari lidah turun ke hati. Tapi dia tahu jalan lain yang lebih seru untuk menuju hatimu.

tak pandai memasak pantas diperjuangkan
tak pandai memasak pantas diperjuangkan via blogs.clicks.my.id
Memang banyak orang yang mengatakan bahwa cinta itu dari lidah baru kemudian turun ke hati. Kita bisa makin mencintai pasangan karena kepiawaiannya dalam mengolah makanan. Masakan yang dihidangkannya membuatmu makin memujanya dan rindu untuk selalu mencicipi masakan buatannya.
Namun sebenarnya hal ini tak lantas dijadikan alasan untuk tak menghargai para gadis yang tak pandai memasak. Tak lihai dalam mengolah makanan bukan masalah utama, toh dia memiliki keunggulan lain yang membuatmu jatuh hati. Memang memasak termasuk dalam kelemahannya, namun kamu juga akan menemukan berbagai keunggulan lain yang justru dimilikinya.

2. Berjuang untuk cewek yang piawai memasak sudah terlalu mainstream. Kalau kamu mau berjuang untuknya yang tak lihai masak, kamu justru termasuk cowok yang beda dari yang lain.

tak pandai memasak pantas diperjuangkan
tak pandai memasak pantas diperjuangkan via www.pinterest.com
Banyak pria yang mendamba calon istri yang pandai memasak dan mengurus rumah tangga, tipikal ibu rumah tangga pada umumnya. Mereka ingin dimanjakan dengan kelezatan masakan sang istri yang bisa ditemui di rumah. Tentu saja, perjuangan para gadis meramu masakan membuat sang pria merasa diistimewakan.
Namun, jika sekarang ini gadis yang sedang mendampingimu tidak pandai memasak, kamu tak usah berkecil hati. Kamu tetap menjadi pria yang istimewa. Karena ini artinya kamu memiliki selera yang beda dari yang lainnya.


3. Tidak bisa memasak malah membuat mereka lebih kreatif. Pesan katering, cari resto yang enak, sampai mix and match menu rela dilakukan biar kamu tetap nyaman

cewek tak pandai memasak
cewek tak pandai memasak via 3.bp.blogspot.com
Memang cewek yang gemar memasak itu tergolong kreatif karena dia bisa dan biasa kreatif mengolah resep dengan bahan yang seadanya. Namun, hal ini jangan dijadikan alasan untuk memandang sebelah mata pada gadis yang tak pandai memasak. Karena sebenarnya kaum hawa yang tak lihai berurusan dengan dapur juga tergolong pribadi yang kreatif.
Walau tak pandai memasak, mereka tak pantang menyerah untuk berusaha menyediakan yang terbaik untuk keluarga. Tak pandai memasak bukan halangan untuknya menyiapkan masakan kaya gizi. Entah mencari langganan katering yang bergizi, membeli lauk, hingga makan di luar. Bahkan, dia selalu kreatif mengatur menu makanan supaya tak membosankan.


4. Spontanitas selalu dekat dengan hidupnya. Sadar gak sanggup berkutat dengan resep dan alat-alat dapur, membuat mereka punya pilihan yang lebih sederhana

tumblr_nm6xn44p721qmc1apo1_1280

Para cewek yang gemar meracik bumbu tentu memiliki minat tinggi pada kebutuhan dapur. Tak ayal barang-barang kegemarannya tak hanya berkisar pada barang kebutuhan kaum hawa seperti baju dan make up saja. Mereka pun getol mengumpulkan piranti dapur yang mampu menunjang hobi memasaknya.
Berbeda dengan para cewek yang tak pandai memasak. Mereka cenderung lebih hemat karena tak menganggarkan biaya tersendiri untuk berbelanja alat-alat dapur. Selain itu, mereka juga cenderung memiliki kepribadian yang sederhana dan apa adanya. Tanpa perlu pusing memikirkan resep masakan dan bingung mencari bahan makanan, mereka justru mencari cara simpelnya dengan cara membeli makanan.


5. Dia memang tak pandai menghidangkan masakan untukmu. Namun melihatnya clumsy mencoba — bukankah terlihat cute dan lucu di matamu?

cewek tak pandai memasak
cewek tak pandai memasak via rebloggy.com
Dapur memang bukan tempat favorit bagi para kaum hawa yang tak lihai memasak. Namun, sebenarnya mereka juga tetap mau kok untuk belajar cara mengolah masakan. Walau tak pandai meracik bumbu tak lantas membuat mereka menghindari dapur. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, dia juga berharap kelak bisa lihai dalam mengolah makanan.
Oleh karena itulah, walaupun masih belum bisa memasak dia tak segan untuk turun ke dapur demi terus mencoba. Karena suatu saat nanti dia juga ingin menghidangkan masakan istimewa untuk pria istimewanya.


6. Bersamanya malah banyak tercipta kenangan. Rotinya yang bantat, omelet yang patah dan gosong — jadi bahan candaan yang menghangatkan

cewek tak pandai memasak
cewek tak pandai memasak via rebloggy.com
Kelemahannya dalam memasak tak harus dirutuki. Jika mampu melihatnya lebih dalam, sebenarnya banyak kenangan manis yang bisa dibagi bersama. Memang belum ada kenangan ketika kamu mencicipi makanan enak hasil olahan tangannya, namun kamu dan dia tetap bisa berbagi kisah bersama.
Percobaan memasaknya yang pernah gagal bisa menjadi bahan bercanda yang menyenangkan untuk kalian berdua. Bahkan, kamu dan dia bisa memutar kembali kenangan ketika kalian berdua turun ke dapur dan ditutup dengan kegagalan menghasilkan masakan enak. Tentunya hal ini juga bisa dijadikan kenangan ketika nantinya dia sudah bisa jago masak di masa depan.


7. Dia memang tak bisa membahagiakanmu dengan masakannya. Tapi diam-diam gadis ini akan tetap berjuang membahagiakanmu dengan cara lainnya

cewek tak bisa memasak layak dipertahankan
cewek tak bisa memasak layak dipertahankan via www.poolpen.com
Gadis yang tak lihai dalam meracik bumbu memang belum mampu membahagiakanmu dengan hasil masakannya. Namun, justru disinilah kamu bisa melihat perjuangannya untuk membuatmu bahagia dengan cara lain. Bukankah selalu ada untukmu di saat suka dan duka melebihi kepiawaiannya dalam mencipta hidangan? Dan, bukankah pendampinganya selama ini lebih membuat rindu daripada kesedapan masakan manapun?

Jadi, apakah gadismu saat ini juga tak piawai dalam memasak? Mention nama mereka di kolom komentar dong, supaya mereka tahu bahwa kamu benar-benar menyayangi dan menghargai mereka. :)

Aku Tak Pernah Membencimu. Hanya Jawaban “Tidak” Adalah Jawaban yang Terbaik Jika Kamu Ingin Kembali

Aku sudah memaafkanmu via http://cdn-media-1.lifehack.org/wp-content/files/2014/06/Leave-toxic-relationship.jpg

Aku sudah hampir melupakan semua luka hati yang dulu pernah ada. Tanpa kamu meminta maaf pun, aku sudah terlebih dahulu memaafkanmu. Sekarang, saat rasa ini sudah hilang untukmu, aku hanya bisa tertawa saat mengenang masa lalu.
"Kok bisa ya, kamu yang menyakitiku justru dulu kutangisi?"
Sekarang aku tersenyum pada diriku sendiri dan sudah menyadari, betapa bodohnya aku dulu. Aku yang ternyata bisa berdiri di atas kaki ku sendiri dan bisa hidup tanpa harus mengemis padamu, mengapa rela mengeluarkan air mata setelah kamu sakiti? 
Sekarang saat mataku sudah terbuka, aku memilih untuk memaafkanmu dan melanjutkan hidupku. Kita tidak akan bermusuhan. Sebelum menjalin kisah ini, kita berteman. Hubungan kita baik. Maka saat semuanya sudah usai, pertemanan kita harus tetap sebaik sebelumnya sebagai bukti tak ada luka hati.

Jangan pernah bertanya, apakah kita bisa kembali menjadi sepasang kekasih. Memang, sikap buruk bisa diubah. Memang, tiap orang berhak punya kesempatan. Tapi aku juga berhak punya kesempatan untuk menyayangi diriku, mencintai diriku, menjaga hatiku dari orang-orang sepertimu.
Aku tak pernah ingin kita kembali menjadi pasangan kekasih. Aku memaafkanmu tapi bukan berarti kamu boleh kembali ke hati ini. Aku memaafkanmu karena aku ingin hubungan kita baik seperti saat baru mengenal. Sementara, hati ini memang diciptakan bukan untuk tempatmu hadir.
Mengertilah sayang. Memaafkan dan menerimamu kembali adalah dua hal yang berbeda. Betul, aku sudah memaafkanmu. Tapi aku tak pernah ingin kisah cinta kita dilanjutkan lagi.

Semoga Kau Bahagia Bersama Dia. Aku Baik-Baik Saja. Aku Sudah Rela

Tidak ada yang salah dengan pertemuan kita sesungguhnya. Mungkin satu-satunya yang salah adalah bahwa aku selalu berharap kau punya rasa yang sama, sebesar yang aku punya.
Tapi kini kupikir sudah saatnya aku melebur asa yang terlalu besar itu. Karena sekuat apapun aku berusaha, pada akhirnya kenyataan membuatku sadar bahwa ada hal yang tak bisa kupaksakan.

Aku berharap bisa bersikap sewajarnya. Namun pertemuan denganmu tetap saja membuatku tak mampu berkata-kata.

aku kelu saat tak bisa menghindari pertemuan kita
aku kelu saat tak bisa menghindari pertemuan kita via dylandsara.com
“Hai, apa kabar?”
Jujur, ingin rasanya aku menyapamu dengan cara yang jauh lebih menyenangkan. Tapi disaat bersamaan lidah kelu tidak bisa lagi terhindarkan. Ya ada sejuta keinginan bila aku tetap bisa bersikap wajar. Namun detak jantung yang berdegup membuat semua kata yang telah terangkai gugur begitu saja seolah tidak tersisa.
Meski merasa bahwa segalanya telah baik-baik saja tetap saja ada rasa yang sulit dikuasai secara sempurna. Kamu pernah menjadi sosok yang begitu kuharap sebegitunya. Ya, walau tidak ada yang pernah tahu sebagaimana dalamnya aku memendam rasa, namun satu yang pasti kamu pernah menjadi sosok yang sangat istimewa.


Kepalaku kembali memutar memori. Di antara beberapa orang yang pernah mengisi, jujur kamulah sosok yang paling aku ingini.

kamu adalah sosok yang paling kuingini
kamu adalah sosok yang paling kuingini via dylandsara.com
Hidup memang selalu penuh misteri, termasuk pula soal mencintai. Tentu kamu bukanlah orang pertama yang pernah singgah dan menghadirkan rasa. Tapi sejauh ingatanku, hanya pada dirimulah aku pernah merasa begitu jatuh dalam pusaran cinta. Memang aneh rasanya jika aku harus menalar dengan logika. Bagaimana rasa untukmu bisa tercipta begitu sempurna.
Mungkin Tuhan memang menghadirkanmu untuk menjadi cerita yang berakhir dengan cara yang tidak bisa kuduga. Kebersamaan yang terjalin antara kita tidak lantas bisa menumbukan cinta di hati yang yang lainnya. Sekalipun aku telah berusaha untuk membuatmu bisa merasakan hal yang sama tapi nyatanya aku harus menerima putusan bahwa Ia tidak juga menitipkan hasrat serupa.
“Kamu adalah cerita terindah yang pernah kutemui, sekalipun tidak pernah bisa dimiliki”


Bagiku, segala hal tentangmu terasa begitu berarti. Aku meremang merutuki cintaku yang bisa sedalam ini.

semua hal tentangmu terasa sangat berarti
semua hal tentangmu terasa sangat berarti via dylandsara.com
Kita adalah lakon kehidupan yang menjalani setiap kepingan cerita dari Dia yang kita kenal dengan sebutan Tuhan. Sekalipun merasa memiliki otoritas atas hidup tetap saja ada bagian yang tidak mungkin bisa kita kendalikan sepenuhnya. Termasuk tentang kisah kita yang terjadi begitu saja, perkenalan sederhana yang nyatanya mampu menghadirkan rasa yang luar biasa.
Tentu tidak ada yang patut dipersalahkan, termasuk kamu dan keadaan. Sementara aku pun hanya bisa menerima segala penentuan memanggul rasa yang tidak pernah aku undang. Pernah pula ku merasa kecewa, karena merasa sakit menanggung cinta yang tidak bersambut. Tapi seiring berjalannya waktu aku pun mulai bisa menerima bahwa hal tersebut pernah dialami oleh semua manusia.


Toh bukan salahmu bila akhirnya aku harus terluka. Sah-sah saja bila memang tidak pernah ada harap yang kau sebar di antara kita.

aku pernah begitu terluka
aku pernah begitu terluka via dylandsara.com
Kuakui bahwa aku adalah orang cukup keras kepala untuk memerjuangkan segalanya. Karena menurutku sebuah usaha akan membuahkan hasil yang setimpal. Tapi perjalanan kehidupan mengajarkanku bahwa sebagai manusia aku tidak boleh memaksakan segalanya. Merasa bahwa aku mampu mewujudkan segalanya sesuai dengan keinginan.
Pada akhirnya kusadari bahwa akulah yang harus menanggung luka atas harap besar yang kurajut sendiri. Semua cara yang kuusahakan berakhir dengan kenihilan. Kamu adalah kemungkinan yang selalu aku perjuangkan. Sekalipun jelas, caramu memperlakukanku hanya sebatas teman tapi rasa yang hebat membuatku harapku terlalu meluap.


Hingga akhirnya kamu menemukan dia sebagai pasangan, seseorang yang juga kukenal. Maka tidak ada lagi yang kuperjuangkan, langkahku harus berhenti total.

aku memilih berhenti
aku memilih berhenti via dylandsara.com
Aku mengerti bahwa kamu juga punya hak untuk merasa bahagia bersama dia yang didamba. Ya, duniaku terasa berakhir saat berita itu sampai di telinga. Kebersamaan kalian membuat perasaanku tergores begitu dalam. Meski aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja, tahukah kamu bahwa ada luka menganga besar di dalam sana?
Jujur rasanya sulit untuk menerima keadaan. Melihat kamu yang begitu kuingin harus jatuh ke lain pelukan. Tapi mungkin ini adalah akhir kisah yang telah direstui olehNya. Aku tidak bisa memaksakan segalanya. Aku tidak boleh egois dengan menghancurkan kebahagian kalian.


Aku cukup dewasa menerima, meski lukaku sebenarnya belum kering juga. Dipertemuan kita, aku akan lantang berkata bahwa “aku baik-baik saja”.

aku baik-baik saja
aku baik-baik saja via dylandsara.com
Konyol rasanya jika perasaanku masih saja tak bisa diredam hingga sekarang. Sekian waktu telah terlewati, sudah selayaknya aku bisa menyembuhkan diri sendiri. Toh kamu sudah bahagia dengan orang lain, dan akupun kini menemukan kebahagiaanku yang lain.
Aku dan kamu adalah sekelumit cerita masa lalu dan biarkan kisah itu melebur bersama waktu. Daripada harus terpuruk, aku memilih bangkit melanjutkan hidupku. Menghidupi mimpi dan cita-citaku sendiri sambil menikmati segala yang sudah aku miliki sampai detik ini. Di pertemuan kita kali ini, aku tak akan canggung atau tenggelam dalam kesedihanku sendiri. Justru aku akan mantap berkata,
“Hey, apa kabar? Aku baik-baik saja. Kamu, bagaimana?”

Untuk Dirimu yang Sampai Saat Ini Masih Kutunggu: 5 Alasan Ini yang Buatku Bertahan Untuk Tetap Menunggumu

Menunggu merupakan salah satu kalimat yang seringkali muncul dalam cerita hidup seseorang. Bukan hanya aku, namun semua manusia. Sering pula kalimat ini sebagai acuanku dalam mencintaimu. Entah kapan, kalimat ini akan menghilang atau sama sekali tak akan pernah hilang. Yang aku tahu, menunggumu adalah hal istimewa walaupun kesabaran juga ikut menguji komitmenku. Menunggu membuatku mengerti mana yang terbaik dan terburuk untuk hidup yang istimewa ini.

1. Lewat menunggu, aku mengerti makna sabar yang sebenarnya.

Menunggu dan sabar seperti dua insan yang saling melengkapi. Menunggumu sudah pasti membutuhkan kesabaran yang lebih, terutama di saat rasa ini belum kamu ketahui. Rasa sabar seringkali menyakitkan namun membuatku kuat bertahan hingga detik ini.

2. Lebih baik menunggu daripada memilih apa yang ada.

Bukannya tak bersyukur dipertemukan dengan banyak lelaki yang ada. Namun aku percaya bahwa ada yang terbaik dari yang lebih baik, menunggumu seakan-akan menguji keyakinan hati ini dan semakin tinggi ujian itu, semakin tinggi pula kualitas cinta ini. Karena cinta itu masalah hati, bukan kesempatan.

3. Karena aku tak ingin tergesa-gesa, menunggumu bukan berarti aku harus kehilangan jati diriku.

menunggumu bukan berarti kehilangan jati diri via https://pixabay.com/en/girl-guitar-summer-842719/
Untuk orang yang sangat berarti, bukan berarti aku harus merelakan segalanya yang berarti pula dalam hidupku. Aku juga tak ingin menukar masa depanku dengan cinta yang salah. Karena aku juga sama seperti dirimu, dilahirkan untuk sebuah rencana yang indah. Aku pun juga tak ingin menjadi orang lain supaya kamu mencintaiku lebih cepat.
Biarkan semua berjalan senatural mungkin, di mana aku dan jati diriku serta kalimat menunggu ini membuatmu terpikat kepadaku.

4. Karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia, itulah alasan kenapa aku tetap bertahan.

Sebelumnya aku tak pernah mengerti, mengapa aku bisa sesabar ini dalam menunggumu. Hanya satu tujuanku, yaitu ingin kamu mengerti ketulusan hati ini. Aku juga tak bisa memaksamu membalas rasa ini. Aku memang mencintaimu, namun menunggu bukanlah ambisiku. Namun ketulusan hati untuk cinta yang aku yakini karena itulah mengapa aku tetap bisa bertahan hingga detik ini.
Karena ketulusan ini mengalahkan ambisi diri untuk memilikimu. Hanya itu. Maka, yakinlah kepadaku.

5. Kebanyakan hal yang indah dalam hidup membutuhkan waktu yang lama. Aku yakin penantian ini tak akan pernah sia-sia.

setiap usaha tidak ada yang sia-sia via https://pixabay.com/en/maldives-sunset-wedding-bride-698501/
Aku sudah berpikir berulang kali dalam penantian ini. Aku mengerti bahwa segala hal yang kita inginkan tak selamanya tejadi dalam hidup kita, terutama dalam mencintaimu. Aku bukanlah paranormal yang bisa menebak bagaimana hasil dari penantian ini. Tapi yang aku tahu, setiap usaha pasti membuahkan hasil.
Walaupun nanti Tuhan berkata lain, jika akhir ceritaku bukan bersamamu, setidaknya aku mempunyai cinta yang tulus dan rasa sabar yang lebih untuk laki-laki terbaik yang Tuhan siapkan untukku.

Karena Aku Tahu Bagaimana Rasanya Menginginkan Seseorang yang Tidak Pernah Menginginkanku

I'll let you go via http://www.facebook.com

Teruntuk kamu yang sering sekali datang dan pergi di hidupku, terkadang mendekapku erat namun seketika mengabaikanku, memberikanku hal yang indah lalu mengacaukannya, menyembuhkan luka hatiku, kemudian membuat yang lebih menyakitkan. Menyayangiku lalu melupakanku, memberikanku harapan, lalu membuangku.

Tidak jarang kamu membuatku benar-benar bahagia, merasa tenang, merasa aman, dan merasa kuat. Tidak jarang kamu memelukku erat, memberikan senyuman terindahmu, dan membuatku merasa penting di hidupmu. Tidak jarang kamu menjagaku, melindungiku, dan membuatku merasa aman dan nyaman. Tidak jarang, aku merasa bangga ketika kamu memperhatikanku di depan orang lain seakan nyata perasaanmu padaku.
Tapi itu kamu, akan selalu jadi kamu yang melakukan apa saja sesuka hatimu.
Kamu adalah kamu. Melakukan apa saja yang membuatmu bahagia. Kamu hanya kebetulan melakukan sesuatu yang aku suka dan membuatku bahagia. Namun aku tahu bukan itu niatmu. Kamu hanya memelukku saat kamu butuh pelukan di tengah kehidupanmu yang terkadang sepi dan merindukan dia. Kamu hanya memperhatikan aku ketika tidak ada dia di sini. Kamu tidak ingin kehilangan aku, tapi aku tahu bukan seperti yang aku bayangkan.
Kamu hanya takut kehilangan penghiburmu. Kamu takut tidak ada lagi yang bisa menjadi pelampiasan kesepianmu. Perasaanmu tidak nyata, tidak untukku.
Sesekali merenunglah! Tidakkah kamu takut ketika Tuhan menukar posisi kita? Aku menjadi kamu, kamu menjadi aku ?
Aku menyayangimu dengan tulus atau sebut saja aku menyayangimu dengan bodoh, begitu kata sahabatku. Aku tidak peduli seberapa dalam luka yang kamu berikan atau seberapa dalam kamu menyakiti aku. Aku selalu menerimamu ketika kamu datang dengan sejuta kesedihanmu dan membutuhkan aku untuk mengusir kesepianmu. Aku tidak pernah mengharapkan balasan perasaanmu meskipun itu akan sangat menyempurnakan hidupku.
Aku tidak selancang itu memintanya padamu. Hanya dengan dekat denganmu saja, aku sudah bisa tersenyum bahagia. Hanya dengan melihatmu bahagia saja, meski bukan denganku.
Aku hanya akan menangis sesekali ketika kamu mulai asyik dengan duniamu atau dengan dia, lalu mengabaikan aku seakan aku tidak pernah ada. Aku akan terus tersenyum mendengarmu bercerita menggebu-gebu meski itu bukan tentang kita, bukan tentang aku. Aku hanya akan diam ketika kamu menyakiti. Aku tidak pernah berpikiran untuk membalasmu sedikit pun. Aku hanya akan diam ketika kamu menghancurkan hatiku.

Aku akan menyimpannya dan menyatukannya kembali sendiri. Aku hanya akan memendam kekecewaanku dalam-dalam kepadamu. Aku hanya akan tersenyum. Aku hanya akan mendoakan semoga hidupmu diiringi kebahagiaan selalu.

Aku tidak apa-apa, Sayang! Tenanglah, saja! Jalani saja yang hatimu mau. Jika kamu membutuhkanku, datanglah ke sini! Aku di sini untukmu, meskipun hatiku belum sepenuhnya sembuh. Tidak akan kamu rasakan kekecewaanku. Aku tidak apa-apa, Sayang. Berlarilah sejauh mungkin, kejarlah apa yang kamu mau! Kembalilah kapan saja! Kamu tidak perlu takut sendirian. Selama ini, bukankah aku selalu ada ketika kamu butuhkan?
Bukankah aku tidak pernah mengeluh tentang perlakuanmu kepadaku? Lihatlah! Aku masih berdiri tegar di hadapanmu, aku masih sekuat itu.
Tapi sayang, aku tidak bisa menjanjikan ini selamanya. Aku juga ingin ada seseorang yang mengharapkan aku seperti aku mengharapkanmu. Aku tahu Tuhan sudah menyiapkannya untukku. Aku tidak bisa selamanya setegar ini untukmu. Aku hanya wanita biasa. Hatiku tidak setegar itu. Lama-kelamaan, aku akan mati sendiri jika tetap keras kepala membiarkanmu tinggal di hatiku. Bisa-bisa mati hatiku kamu biarkan seperti itu. Jika tiba saatnya nanti, saat Tuhan mempertemukan aku dengannya yang menginginkanku, kumohon padamu jangan menyesal. 

Jangan sesali wanita yang pernah menyayangimu dengan tulus sedalam ini. Jangan pula memintaku kembali untukmu. Aku tidak ingin mengecewakannya yang menginginkan aku. Karena aku tahu benar bagaimana rasanya menginginkan seseorang yang tidak pernah menginginkanmu.
Cukuplah kamu tahu aku pernah menyayangimu tanpa alasan, sedalam ini, cinta yang membunuhku sendiri.

Setidaknya Diriku Pernah Berjuang, Walau Akhirnya Kamu Memilih Pergi

Cinta Tak Diterima via http://www.interfax.by/files/2014-12/1172886-011729-7x171977.jpg

Pernahkah kita memperjuangkan seseorang, namun kita tak berhasil mendapatkannya? Selanjutnya, terkadang kita masih bersedih ketika menyadari bahwa orang yang kita kejar dulu itu, kini tak jadi milik kita. Kini dia entah dengan siapa, mungkin telah bersanding bersama orang lain. Rasa sedih begitu terasa ketika kita membayangkan andai dahulu perjuangan kita untuk mendapatkannya itu berhasil. Andai saja.

Andai saja sering menemani diri kita kala ingat semua yang telah lalu. Ketika kita mengingat berbagai hal yang kita lakukan untuk bisa menarik perhatiannya. Mengingat semua itu membuat kita mengerti, bahwa dahulu kita pernah benar-benar berusaha sekali untuk mendapatkan dia. Semua itu karena kita memang tulus berharap si dia bisa bersanding dengan kita.
Kenyataan berkata lain walau berbagai perjuangan telah kita lakukan, namun kita tak berhasil mendapatkan si dia. Hatinya ternyata tak bisa menerima kita. Dirinya ternyata tak bisa menerima sosok kita yang seperti ini. Ternyata, cinta tak mampu tumbuh di hatinya walaupun berbagai perhatian dan kepedulian coba kita berikan di banyak kesempatan. Saat itulah kita mulai mengerti, dia memang tak tertarik dengan diri kita.

Hingga perlahan kenyataan pun membuat kita menyerah. Menyerah untuk menumbuhkan cinta di hatinya untuk kita. Kita menyerah karena kita sadar bahwa cinta yang tulus tak akan tumbuh indah di hati yang dipaksakan. Kita coba memahami, sebenarnya sosok seperti apa yang dia harapkan. Apakah sosok yang begitu sempurna yang dia inginkan? Yang baik? Yang kaya? Yang cerdas? Yang rupawan? Atau yang apa? 
Seringkali juga, kita bertanya pada diri kita sendiri,
“Apakah perjuanganku selama ini tak ternilai di matamu?”
Ah, rasanya sedih juga. Saat kita merasa bahwa apa yang kita lakukan selama ini itu tak berarti baginya atau bahkan tak pernah sekalipun dia hargai. Sakit rasanya. Jika semua yang kita lakukan tak mampu membuatnya melirik sebentar ke arah kita, namun ternyata pikiran negatif seperti itulah yang membuat kita tertekan kesedihan. Pikiran seperti itu yang justru membuat kita merasa tambah sakit hati karena tak mendapatkan si dia.
Kita merasa, seharusnya kita memang tak pantas berpikir negatif bahwa selama ini dia itu tak menilai semua yang kita lakukan. Sedikit banyak, tentu dia telah menilai kita. Mungkin memang kita saja yang belum pantas dia prioritaskan. Karena memang ternyata, diri kita masih banyak kekurangan. Kadang kita rasanya ingin minta maaf dengannya.
“Ya, maafkan aku dengan segala kekuranganku. Namun dahulu, aku pernah mencoba memperjuangkan dirimu. Mungkin dahulu aku pernah jadi sosok yang mengganggu hari-harimu.”
Kita merasa bahwa diri kita yang memang begitu banyak kekurangan. Sebenarnya menyadari bahwa dia adalah sosok yang istimewa. Terlalu banyak orang yang mengejar dan mengharap dia selain kita. Lah, memang apa artinya kita dibanding mereka? Ternyata ketulusan cinta saja itu tak mampu membuat dirinya menoleh ke arah kita. Kadang kita pun berpikir, kita seperti pungguk yang merindukan bulan.

Kita adalah sosok orang yang terlalu berani bermimpi untuk mendapatkan dia. Namun, memang bukanlah hak bagi setiap orang untuk memilih jodoh yang terbaik bagi dirinya. Kita masih berpikir, apakah salah jika kita yang penuh kekurangan ini mengharapkan dia?
Kita mengerti, memang tak ada salahnya jika seseorang berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan yang terbaik bagi dirinya. Dengan itu, rasanya kita bisa mengobati rasa sakit hati yang terjadi. Entah gagal atau berhasil, setidaknya kita pernah berjuang mendapatkannya.
“Aku bangga pernah mengejarmu. Setidaknya, aku benar-benar ingin menunjukan padamu bahwa aku sangat menginginkanmu menjadi jodohku.”
Kalimat itu rasanya ingin sekali berulang kali kita ucapkan padanya. Berharap dia berubah pikiran dan berubah pula hatinya. Hingga akhirnya, benih-benih cinta pun bersemi di hatinya untuk kita. Namun ternyata, itu hanya harapan. Pada akhirnya, kita melihat si dia belum juga menunjukkan responnya pada kita. Bahkan dia sudah terlihat memilih yang lain.

Memang jodoh adalah misteri. Namun setidaknya, kita mau berjuang mendapatkannya. Penolakan dan kegagalan yang terjadi membuat kita sadar, ada banyak hal yang harus kita pantaskan dan perbaiki. Hingga mungkin suatu saat nanti, orang yang kita perjuangkan akan dengan penuh senyum membuka hatinya untuk kita. Yaitu saat kita telah menjadi sosok yang pantas untuk dimiliki.
Tak sekedar memintanya untuk menerima semua kekurangan kita, namun kita telah mampu meyakinkannya bahwa kita adalah sosok yang bersedia dan mampu untuk menutupi semua kekurangannya.
Cinta itu memang perlu pemantasan diri untuk bisa dihargai, hingga cinta itu bisa diterima, berlabuh, dan akhirnya bisa tumbuh bersemi. Cinta itu memang butuh perbaikan diri untuk tak ditolak dan tak berulang kali merasa patah hati. Bila dia di masa lalu tak mau menerima kita, tentu masih ada dia dan dia yang lain yang akan menerima kita. Saat kita telah menjadi pribadi yang lebih baik dari sekarang.

Mungkin kita perlu juga mengucapkan terima kasih padanya yang dahulu tak menerima kita,
“Terima kasih untukmu yang dahulu tak menerima diriku dengan segala perjuanganku. Dari itu, aku sadar dan belajar untuk bisa menjadi pribadi yang lebih pantas dan lebih baik lagi. Mungkin dengan itu, justru nantinya aku bisa mendapatkan jodoh yang lebih baik dari dirimu.” 

Untuk Kamu yang Memilih Pergi: Jangan Menunggu Air Mataku. Niscaya Kamu Tak Akan Melihatnya

Kepergianmu tidak melunturkan tawaku. via http://bondibeauty.com.au/wp-content/uploads/2014/11/happy-woman-hd-1080p-wallpapers-download.jpg
Jujur, aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskan ini padamu. Aku terluka. Sangat terluka. Tapi haruskah dunia tahu jika hatiku dikalahkan olehmu? Haruskah dunia turut menyaksikan bahagiaku yang perlahan luntur mengiringi kepergianmu? Tapi, biarlah! Biarlah kau pikir aku baik-baik saja. Biarlah kau pikir aku tidak terluka. Lebih baik begitu. Kamu tidak akan memberiku tatapan penuh rasa kasihan. 

Rasa sakitku tertutupi oleh pernah bahagia bersamamu. Aku pernah jadi alasan mata itu menyipit karena tertawa. Aku pernah jadi alasan kamu tidak berhenti tertawa saat membaca pesan singkat dariku. Kamu pernah jadi alasan tawaku untuk beberapa waktu. Sampai saat ini, kamu masih jadi alasan untuk kesedihanku. Jangan sedih. Aku tidak mengutukmu. Tapi, jangan senang dulu! Aku tidak mendoakan kebahagianmu. 

Mereka bilang, tidak ada salahnya menangis. Mereka bilang, luapkan air matamu agar kamu lega. Padahal aku lega tanpa perlu menangis. Aku lega saat akhirnya kita bisa saling melepaskan. Aku lega saat akhirnya aku akan berhenti merasa tidak percaya diri lagi setiap hari. Tenang saja! Aku terlalu fokus akan bahagia kita dulu sehingga tak punya alasan untuk menangisimu. 
Waktu kamu memilih pergi, aku belum selesai bergelut dengan masalah yang lain. Mungkin kamu tahu masalahku tidak sepele dan kamu memutuskan untuk angkat kaki. Tak ingin terlalu terlibat penuh pada masalahku. Tak apa, kamu sudah dimaafkan. Jika aku bisa lari dari diriku sendiri pun, akan aku lakukan. Karena sesungguhnya, aku benci tidak punya kendali atas kejadian mengerikan yang berlalu-lalang di hidupku. 

Aku memilih tegar dan menghadapi masalahku dengan tawa. Menutupi dengan senyum. Sekali lagi, dunia tidak perlu tahu aku bersedih. Biar hatiku yang mencari cara sendiri untuk bisa terobati. Tenang, saja! Aku akan selalu baik-baik saja. Bukankah itu alasanmu dulu memilihku?

Bisakah Kamu Bayangkan Rasanya Menjadi Aku?



Semoga kautahu, aku berjuang, setiap hari untuk melupakanmu. via http://www.wallsave.com

Kamu pernah menjadi bagian hari-hariku. Setiap malam, sebelum tidur, kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkatmu. Tawa kecilmu, kecupan berbentuk tulisan, dan canda kita selalu membuatku tersenyum diam-diam. Perasaan ini sangat dalam, sehingga aku memilih untuk memendam.
Jatuh cinta terjadi karena proses yang cukup panjang, itulah proses yang seharusnya aku lewati secara alamiah dan manusiawi. Proses yang panjang itu ternyata tak terjadi, pertama kali melihatmu; aku tahu suatu saat nanti kita bisa berada di status yang lebih spesial. Aku terlalu penasaran ketika mengetahui kehadiranmu mulai mengisi kekosongan hatiku. Kebahagiaanku mulai hadir ketika kamu menyapaku lebih dulu dalam pesan singkat. Semua begitu bahagia.... dulu.

Aku sudah berharap lebih
Kugantungkan harapanku padamu. Kuberikan sepenuhnya perhatianku untukmu. Sayangnya, semua hal itu seakan tak kaugubris. Kamu di sampingku, tapi getaran yang kuciptakan seakan tak benar-benar kaurasakan. Kamu berada di dekatku, namun segala perhatianku seperti menguap tak berbekas.
Apakah kamu benar tidak memikirkan aku? Bukankah kata teman-temanmu, kamu adalah perenung yang seringkali menangis ketika memikirkan sesuatu yang begitu dalam? Temanmu bilang, kamu melankolis, senang memendam, dan enggan bertindak banyak. Kamu lebih senang menunggu. Benarkah kamu memang menunggu? Apalagi yang kautunggu jika kausudah tahu bahwa aku mencintaimu?

Tak mungkin kau tak tahu ada perasaan aneh di dadaku
 Kekasihku yang belum sempat kumiliki, tak mungkin kautak memahami perjuangan yang kulakukan untukmu. Kamu ingin tahu rasanya seperti aku? Dari awal, ketika kita pertama kali berkenalan, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Senyummu adalah salah satu keteduhan yang paling ingin kulihat setiap hari. Dulu, aku berharap bisa menjadi salah satu sebab kautersenyum setiap hari, tapi ternyata harapku terlalu tinggi.
Semua telah berakhir. Tanpa ucapan pisah. Tanpa lambaian tangan. Tanpa kaujujur mengenai perasaanmu. Perjuanganku terhenti karena aku merasa tak pantas lagi berada di sisimu. Sudah ada seseorang yang baru, yang nampaknya jauh lebih baik dan sempurna daripada aku. Tentu saja, jika dia tak sempurna—kautak akan memilih dia menjadi satu-satunya bagimu.
Setelah tahu semua itu, apakah kamu pernah menilik sedikit saja perasaanku? Ini semua terasa aneh bagiku. Kita yang dulu sempat dekat, walaupun tak punya status apa-apa, meskipun berada dalam ketidakjelasan, tiba-tiba menjauh tanpa sebab.
Aku yang terbiasa dengan sapaanmu di pesan singkat harus (terpaksa) ikhlas karena akhirnya kamu sibuk dengan kekasihmu. Aku berusaha memahami itu. Setiap hari. Setiap waktu. Aku berusaha meyakini diriku bahwa semua sudah berakhir dan aku tak boleh lagi berharap terlalu jauh.
Tuan, jika aku bisa langsung meminta pada Tuhan, aku tak ingin perkenalan kita terjadi. Aku tak ingin mendengar suaramu ketika menyebutkan nama. Aku tak ingin membaca pesan singkatmu yang lugu tapi manis. Sungguh, aku tak ingin segala hal manis itu terjadi jika pada akhirnya kamu menghempaskan aku sekeji ini.
Kalau kauingin tahu bagaimana perasaanku, seluruh kosakata dalam miliyaran bahasa tak mampu mendeskripsikan. Perasaan bukanlah susunan kata dan kalimat yang bisa dijelaskan dengan definisi dan arti. Perasaan adalah ruang paling dalam yang tak bisa tersentuh hanya dengan perkatan dan bualan.
Aku lelah. Itulah perasaanku. Sudahkah kaupaham? Belum. Tentu saja. Apa pedulimu padaku? Aku tak pernah ada dalam matamu, aku selalu tak punya tempat dalam hatimu.
Setiap hari, setiap waktu, setiap aku melihatmu dengannya; aku selalu berusaha menganggap semua baik-baik saja. Semua akan berakhir seiring berjalannya waktu. Aku membayangkan perasaanku yang suatu saat nanti pasti akan hilang, aku memimpikan lukaku akan segera kering, dan tak ada lagi hal-hal penyebab aku menangis setiap malam. Namun.... sampai kapan aku harus terus mencoba?
Sementara ini saja, aku tak kuat melihatmu menggenggam jemarinya. Sulit bagiku menerima kenyataan bahwa kamu yang begitu kucintai ternyata malah memilih pergi bersama yang lain. Tak mudah meyakinkan diriku sendiri untuk segera melupakanmu kemudian mencari pengganti.
Seandainya kamu bisa membaca perasaanku dan kamu bisa mengetahui isi otakku, mungkin hatimu yang beku akan segera mencair. Aku tak tahu apa salahku sehingga kita yang baru saja kenal, baru saja mencicipi cinta, tiba-tiba terhempas dari dunia mimpi ke dunia nyata. Tak penasarankah kamu pada nasib yang membiarkan kita kedinginan seorang diri tanpa teman dan kekasih?
Aku menulis ini ketika mataku tak kuat lagi menangis. Aku menulis ini ketika mulutku tak mampu lagi berkeluh. Aku mengingatmu sebagai sosok yang pernah hadir, meskipun tak pernah benar-benar tinggal. Seandainya kautahu perasaanku dan bisa membaca keajaiban dalam perjuanganku, mungkin kamu akan berbalik arah—memilihku sebagai tujuan. Tapi, aku hanya persinggahan, tempatmu meletakan segala kecemasan, lalu pergi tanpa janji untuk pulang.
Semoga kautahu, aku berjuang, setiap hari untuk melupakanmu. Aku memaksa diriku agar membencimu, setiap hari, ketika kulihat kamu bersama kekasih barumu. Aku berusaha keras, setiap hari, menerima kenyataan yang begitu kelam.
Bisakah kaubayangkan rasanya jadi orang yang setiap hari terluka, hanya karena ia tak tahu bagaimana perasaan orang yang mencintainya? Bisakah kaubayangkan rasanya jadi aku yang setiap hari harus melihatmu dengannya?
Bisakah kaubayangkan rasanya jadi seseorang yang setiap hari menahan tangisnya agar tetap terlihat baik-baik saja?

Kamu tak bisa. Tentu saja. Kamu tidak perasa.