Hai, pernahkah aku menjejakkan kaki mengitari bilik pikiranmu?Mungkin jawabannya tidak. Wajar saja, karena kita belum pernah bertemu sebelumnya. Mungkin, kau sekarang sedang berjibaku mempertahankan hubungan yang sesungguhnya tak layak dipertahankan lagi. Aku pun juga sedang sibuk berpetualang mencari belahan jiwa.
Memang belum waktunya kita bertemu dan menuntaskan rasa. Namun di manapun dirimu berada, semoga kau percaya bahwa memang akulah yang diutus Tuhan untuk membuatmu bahagia.
Kau dan aku sedang menjalin hubungan asmara yang berbeda. Namun, Sang Pencipta tetap tahu mana yang terbaik untuk kita.
Kau boleh mengejekku sebagai seorang pengelana tak bertuan, toh sebenarnya kau juga sama. Mungkin kau boleh pongah, karena saat ini kau sedang menjalin cerita asmara dengan seorang manusia. Namun jika kau ingin tahu, aku pun juga bukan sembarang pengelana yang tak memiliki tujuan. Aku saat ini sedang sibuk menjelajah, mengetuk dari satu pintu hati ke pintu lainnya.Sejenak singgah, hanya melihat-melihat ruang hati tanpa berminat untuk tinggal selamanya. Karena aku hanya berniat untuk memilikimu saja.Aku yakin saat ini kita berdua belum pernah saling bertatap muka. Kalaupun pernah tentu aku sudah mengenali bahwa kau adalah tujuan terakhirku. Kita berdua masih disibukkan dengan jalinan cinta yang banyak makan emosi dan merontokkan kesabaran. Tak apa, Sang Empunya dunia tahu mana yang terbaik untuk kita. Memang inilah penempaan terbaik yang diberikan-Nya.
Tuhan tahu seberapa keras aku berjuang demi menemukanmu. Tunggu saja di sana, aku pasti akan segera mendapatkan izin untuk menjadi tuan di hatimu.
Sekarang kita harus bersabar menghadapi tingkah pasangan yang kurang masuk akal. Mungkin ini rute terjal yang harus ditempuh sebelum kita saling menemukan.
Ramuan rasa perih, pahit, dan sedikit manis tentu banyak kita rasakan hingga detik ini. Kelakuan dari pasangan yang kerap tak masuk akal sering kita dapatkan. Kau yang tak tahan dengan pasanganmu yang selalu menuntut ini itu. Begitu pula aku yang tak ingin meneruskan hubungan karena memiliki muara yang berbeda.Anggaplah ini rute pendakian yang harus kita tempuh untuk saling menemukan. Buka mata dan ikuti setiap penanda yang dirangkai Sang Pencipta.
Kau dan aku harus mengikuti setiap episode cerita yang dibuatNya. Kita hanyalah harus berperan sebagai hamba yang patuh pada Sang Sutradara. Tak boleh banyak mengeluh, hanya harus mempertebal doa.
Sekarang, kau boleh memeras air mata karena merasa diacuhkan. Aku pun boleh menelan banyak kecewa karena tidak diperjuangkan. Tapi, sudahlah, percayai saja bahwa semua ini bisa dijadikan tumpuan untuk masa depan.
Sebelum kita menjadi sejiwa, aku dan kamu tentu akan melewati rangkaian cerita. Ratusan tetes air mata, bongkahan marah, buih-buih kecewa boleh tuntas kita rasakan. Biarkan kita mengenyangkan hati akan rasa-rasa itu sekarang ini. Karena aku berani bersumpah, aku dan aku tak akan pernah merasakannya kembali saat kita sudah menjadi satu pasang manusia.Aku meyakini benar bahwa rasa sakit dan kekecewaan yang kita rasakan sekarang bisa menjadi pondasi kokoh bagi masa depan. Kita akan makin lihai karena telah ditempa dengan banyak sakit hati. Esok, kita tidak akan lagi kekecewaan yang akan kita alami.
Walau hingga kini kita belum dipertemukan, namun saat yang tepat pasti akan tiba. Ketika kau dan aku bersua, yakinilah aku yang diutus Tuhan untuk menggenapkan.
Sabarlah menungguku di sana, sebentar lagi pertemuan kita akan segera tiba. Hari dimana akan selalu ada rengkuhan hangat yang kusediakan. Hari dimana kau tak lagi memiliki sedih yang berkepanjangan. Kau dan aku akan segera dipersatukan.Hingga detik ini mungkin kita memang belum dipertemukan. Namun, saat waktu pertemuan kita telah digariskan. Aku mohon, percayalah akulah yang diutus Tuhan untuk menggenapkan.