Tidak ada yang salah dengan pertemuan kita sesungguhnya. Mungkin
satu-satunya yang salah adalah bahwa aku selalu berharap kau punya rasa
yang sama, sebesar yang aku punya.
Tapi kini kupikir sudah saatnya aku melebur asa yang terlalu besar itu. Karena sekuat apapun aku berusaha, pada akhirnya kenyataan membuatku sadar bahwa ada hal yang tak bisa kupaksakan.
Meski merasa bahwa segalanya telah baik-baik saja tetap saja ada rasa yang sulit dikuasai secara sempurna. Kamu pernah menjadi sosok yang begitu kuharap sebegitunya. Ya, walau tidak ada yang pernah tahu sebagaimana dalamnya aku memendam rasa, namun satu yang pasti kamu pernah menjadi sosok yang sangat istimewa.
Mungkin Tuhan memang menghadirkanmu untuk menjadi cerita yang berakhir dengan cara yang tidak bisa kuduga. Kebersamaan yang terjalin antara kita tidak lantas bisa menumbukan cinta di hati yang yang lainnya. Sekalipun aku telah berusaha untuk membuatmu bisa merasakan hal yang sama tapi nyatanya aku harus menerima putusan bahwa Ia tidak juga menitipkan hasrat serupa.
Tentu tidak ada yang patut dipersalahkan, termasuk kamu dan keadaan. Sementara aku pun hanya bisa menerima segala penentuan memanggul rasa yang tidak pernah aku undang. Pernah pula ku merasa kecewa, karena merasa sakit menanggung cinta yang tidak bersambut. Tapi seiring berjalannya waktu aku pun mulai bisa menerima bahwa hal tersebut pernah dialami oleh semua manusia.
Pada akhirnya kusadari bahwa akulah yang harus menanggung luka atas harap besar yang kurajut sendiri. Semua cara yang kuusahakan berakhir dengan kenihilan. Kamu adalah kemungkinan yang selalu aku perjuangkan. Sekalipun jelas, caramu memperlakukanku hanya sebatas teman tapi rasa yang hebat membuatku harapku terlalu meluap.
Jujur rasanya sulit untuk menerima keadaan. Melihat kamu yang begitu kuingin harus jatuh ke lain pelukan. Tapi mungkin ini adalah akhir kisah yang telah direstui olehNya. Aku tidak bisa memaksakan segalanya. Aku tidak boleh egois dengan menghancurkan kebahagian kalian.
Aku dan kamu adalah sekelumit cerita masa lalu dan biarkan kisah itu melebur bersama waktu. Daripada harus terpuruk, aku memilih bangkit melanjutkan hidupku. Menghidupi mimpi dan cita-citaku sendiri sambil menikmati segala yang sudah aku miliki sampai detik ini. Di pertemuan kita kali ini, aku tak akan canggung atau tenggelam dalam kesedihanku sendiri. Justru aku akan mantap berkata,
Tapi kini kupikir sudah saatnya aku melebur asa yang terlalu besar itu. Karena sekuat apapun aku berusaha, pada akhirnya kenyataan membuatku sadar bahwa ada hal yang tak bisa kupaksakan.
Aku berharap bisa bersikap sewajarnya. Namun pertemuan denganmu tetap saja membuatku tak mampu berkata-kata.
“Hai, apa kabar?”Jujur, ingin rasanya aku menyapamu dengan cara yang jauh lebih menyenangkan. Tapi disaat bersamaan lidah kelu tidak bisa lagi terhindarkan. Ya ada sejuta keinginan bila aku tetap bisa bersikap wajar. Namun detak jantung yang berdegup membuat semua kata yang telah terangkai gugur begitu saja seolah tidak tersisa.
Meski merasa bahwa segalanya telah baik-baik saja tetap saja ada rasa yang sulit dikuasai secara sempurna. Kamu pernah menjadi sosok yang begitu kuharap sebegitunya. Ya, walau tidak ada yang pernah tahu sebagaimana dalamnya aku memendam rasa, namun satu yang pasti kamu pernah menjadi sosok yang sangat istimewa.
Kepalaku kembali memutar memori. Di antara beberapa orang yang pernah mengisi, jujur kamulah sosok yang paling aku ingini.
Hidup memang selalu penuh misteri, termasuk pula soal mencintai. Tentu kamu bukanlah orang pertama yang pernah singgah dan menghadirkan rasa. Tapi sejauh ingatanku, hanya pada dirimulah aku pernah merasa begitu jatuh dalam pusaran cinta. Memang aneh rasanya jika aku harus menalar dengan logika. Bagaimana rasa untukmu bisa tercipta begitu sempurna.Mungkin Tuhan memang menghadirkanmu untuk menjadi cerita yang berakhir dengan cara yang tidak bisa kuduga. Kebersamaan yang terjalin antara kita tidak lantas bisa menumbukan cinta di hati yang yang lainnya. Sekalipun aku telah berusaha untuk membuatmu bisa merasakan hal yang sama tapi nyatanya aku harus menerima putusan bahwa Ia tidak juga menitipkan hasrat serupa.
“Kamu adalah cerita terindah yang pernah kutemui, sekalipun tidak pernah bisa dimiliki”
Bagiku, segala hal tentangmu terasa begitu berarti. Aku meremang merutuki cintaku yang bisa sedalam ini.
Kita adalah lakon kehidupan yang menjalani setiap kepingan cerita dari Dia yang kita kenal dengan sebutan Tuhan. Sekalipun merasa memiliki otoritas atas hidup tetap saja ada bagian yang tidak mungkin bisa kita kendalikan sepenuhnya. Termasuk tentang kisah kita yang terjadi begitu saja, perkenalan sederhana yang nyatanya mampu menghadirkan rasa yang luar biasa.Tentu tidak ada yang patut dipersalahkan, termasuk kamu dan keadaan. Sementara aku pun hanya bisa menerima segala penentuan memanggul rasa yang tidak pernah aku undang. Pernah pula ku merasa kecewa, karena merasa sakit menanggung cinta yang tidak bersambut. Tapi seiring berjalannya waktu aku pun mulai bisa menerima bahwa hal tersebut pernah dialami oleh semua manusia.
Toh bukan salahmu bila akhirnya aku harus terluka. Sah-sah saja bila memang tidak pernah ada harap yang kau sebar di antara kita.
Kuakui bahwa aku adalah orang cukup keras kepala untuk memerjuangkan segalanya. Karena menurutku sebuah usaha akan membuahkan hasil yang setimpal. Tapi perjalanan kehidupan mengajarkanku bahwa sebagai manusia aku tidak boleh memaksakan segalanya. Merasa bahwa aku mampu mewujudkan segalanya sesuai dengan keinginan.Pada akhirnya kusadari bahwa akulah yang harus menanggung luka atas harap besar yang kurajut sendiri. Semua cara yang kuusahakan berakhir dengan kenihilan. Kamu adalah kemungkinan yang selalu aku perjuangkan. Sekalipun jelas, caramu memperlakukanku hanya sebatas teman tapi rasa yang hebat membuatku harapku terlalu meluap.
Hingga akhirnya kamu menemukan dia sebagai pasangan, seseorang yang juga kukenal. Maka tidak ada lagi yang kuperjuangkan, langkahku harus berhenti total.
Aku mengerti bahwa kamu juga punya hak untuk merasa bahagia bersama dia yang didamba. Ya, duniaku terasa berakhir saat berita itu sampai di telinga. Kebersamaan kalian membuat perasaanku tergores begitu dalam. Meski aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja, tahukah kamu bahwa ada luka menganga besar di dalam sana?Jujur rasanya sulit untuk menerima keadaan. Melihat kamu yang begitu kuingin harus jatuh ke lain pelukan. Tapi mungkin ini adalah akhir kisah yang telah direstui olehNya. Aku tidak bisa memaksakan segalanya. Aku tidak boleh egois dengan menghancurkan kebahagian kalian.
Aku cukup dewasa menerima, meski lukaku sebenarnya belum kering juga. Dipertemuan kita, aku akan lantang berkata bahwa “aku baik-baik saja”.
Konyol rasanya jika perasaanku masih saja tak bisa diredam hingga sekarang. Sekian waktu telah terlewati, sudah selayaknya aku bisa menyembuhkan diri sendiri. Toh kamu sudah bahagia dengan orang lain, dan akupun kini menemukan kebahagiaanku yang lain.Aku dan kamu adalah sekelumit cerita masa lalu dan biarkan kisah itu melebur bersama waktu. Daripada harus terpuruk, aku memilih bangkit melanjutkan hidupku. Menghidupi mimpi dan cita-citaku sendiri sambil menikmati segala yang sudah aku miliki sampai detik ini. Di pertemuan kita kali ini, aku tak akan canggung atau tenggelam dalam kesedihanku sendiri. Justru aku akan mantap berkata,
“Hey, apa kabar? Aku baik-baik saja. Kamu, bagaimana?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar