Selasa, 29 Agustus 2017

Last post !

Seandainya ada pilihan ketiga, mungkin aku akan melepaskan kedua pilihan yang aku genggam sekarang. Bukan pergi jauh tapi membangun sesuatu yang baru, memulai semuanya dari awal. Awal dari yang paling awal, dimana ingatan saya hanya bertumpu pada masa depan yang akan saya bangun. Membuang jauh setiap apa yang mengacaukan pikiran saya tentang masalalu yang selalu menghadang saya dari berbagai sisi sehingga saya sulit melangkah.

Seandainya memang bukan hal yang pantas di ungkapkan untuk saat ini. Tapi harapan saya akan selalu ingin yang terbaik buat saya bukan untuk hari ini tapi hari yang akan datang.

Semoga !
Suatu hati nanti,
Datang seseorang,
Menerima,
Membuktikan,
Dan menjaga,
Serta membimbing.

Amin allahuma amin!

Minggu, 27 Agustus 2017

Sedikit rindu di tahun 2015

Selamat pagi tahun 2015, tahun bebas yay (kayak di penjara saja) haahha. Setiap hari saya tidak pernah berhenti untuk selalu bersyukur dengan apa yang aku punya, keluarga, Appy yg selalu membuatku semangat, sahabat serta orang terdekat lainnya yg selalu ada buat saya. Hmm, kenapa saya bilang tahun bebas, karena saya benar-benar lepas dari berbagai kedekatan dengan orang yang menurut saya salah, bebas keluar dengan teman-teman, bebas kuluyuran gak jelas hahhhhh (maklum anak muda kwkwkwk). Rasanya bebas dari segala prahara cinta yang sempat membuat saya ingin mengakhiri hidup (lebay). Tahun yang membuat saya fokus pada kuliah waktu itu semester 4 menuju semester 5( pemilihan konsentrasi).

Dan lagi-lagi saya ttp bercerita ttng cinta hahahahahha. Yap, pacaran lagi setelah vakum beberapa bulan ( lebay lagi). Kata orangtua boleh pacaran asalkan kuliah ttp nomor satu. Okelah saya bisa, dan saya jamin nilai saya gak anjlok gara2 pacaran. Sebenarnya saya sudah jijik klo mendengar kata pacaran mungkin karena saya sudah tau betul pacaran itu seperti apa dan fix pacaran mmg tidak ada gunanya untuk hari ini dan kedepannya. Tapi tetap saja selalu ada pelajaran dari setiap apa yang telah kita lalu, heeeehhe kenalin pacar baru saya keren (maaf dulu saya orangnya perfectionist makanya tampang adalah salah satu ukuran) dan bukan berarti cuma modal tampang doang otak harus isi, yap dia pintar,keren, mandiri dan gak malu2 in di bawa pergi arisan Haahhaa. Saya sebenarnya sudah gak mau pacaran waktu itu, krna saya sudah malu dan rasa mau nikah saja wkkwkkw. Tapi saya tidak bisa menolak perhatian orang lain dan tentu saja saya terima. Oficially jadian, tunangan deh kan depan keluargannya juga hahhahaaa. Benar kata orang semakin kamu serius dgn hubungan, semakin kamu menutup rapat sampai pada akhirnya, saya sepakat. Itu alasannya kenapa saya lebih suka tahun pertama kita jalan di banding tahun kedua, terlalu banyak masalah saat mempublikasikan semua.

Tahun dimana kita cuma saling support dengan keadaan masing-masing, saya kuliah dan dia kerja. Cuma modal percaya meskipun saya hampir setiap hari marah gak jelas. Katanya saya rese klo lagi kangen atau lapar, datang deh dia dengan makanan fav, nyuapin sambil gombalin, brenti deh marah hahhahha, Alay yah.
Saya orangnya mau menuntut dan gak mau dituntut hahhha bangsat yah, saya menuntut dia sesempurna yang saya mau, meskipun kata orang tidak ada yg sempurna tapi pasti semua orang punya kriteria minimal untuk di jadikan semprna. Well, dia sempurna menurut saya. Dan saya bahagia. Saya pusing mau cerita dari mana dulu, sudah terlalu banyak yang dia lakukan untuk saya. Yang pasti saya selalu ingat tahun pertama kita, sumpah gak pernah berantem yg sampe lempar2 barang atau maki2 pake kata2 kasar, dan bgmnapun marahnya saya, saya gak pernah bilang putus ataupun dia, dia yang ngajarin saya seperti ini dan seterusnya. iya seterusnya sampai akhir tahun 2015.

Saya memang tidak pernah mau kembali kemasa lalu,tapi beri aku sedikit ruang untuk berkunjung sebatas mengingat apa yang pernah kita lakukan yang sudah tidak bisa saya lakukan sekarang. Saya rindu saat kita lihat sunset, nonton drama saya nangis dan kamu ketawa2, makan sepiring berdua, foto2, jalan2, gosipin orang, dan saya selalu ingat kata2nya dia kerja keras buat orang yg dia sayang.😭😭
Semoga ttp jadi orang yang pekerja keras, sorry saya berkunjung lagi hehhhehehe

Selasa, 08 Agustus 2017

Sebuah usaha melupakan

Suatu masa di masa silam, aku pernah bertahan sekuat-kuatnya untuk seseorang. Bahkan separuh warasku abaikan. Aku menjadi apa pun asal bisa dengannya, agar semua yang kuinginkan dapat kumiliki. Waktu itu aku membutakan diri sebuta-butanya. Menjadi tuli untuk segala perkara yang melemahkan dada. Aku ingin dia, kuperjuangkan dia sekencang-kencangnya belari. Hingga, tersungkur aku setengah mati. Namun yang aku dapatkan adalah kenyaataannya dia tidak peduli.

Hari-hari patah dan kalah, hari-hari kecewa dan jatuh akhirnya kulalui juga. Panjang rentang waktu terasa. Nyatanya luka lebih dalam dari apa yang aku kira. Aku menenangkan diri berkali lipat dari patahhati patahhati sebelumnya. Dia tak hanya menghancurkan harapanku, dia juga mengajarkan betapa kejamnya perasaan yang dia miliki kepadaku. Dia membuat yang kuberikan dengan segalanya, dibalas hantam tangis sehina-hinanya. Ia campakkan begitu saja, hingga sepenuh latar bumi, sepalung lautan kukutukan sepi sepanjang hidupnya. Hari itu, usai sudah segala perkara. Kulepaskankan ia kepada semesta, matilah bersama sedih-sedih yang ia derita.

BOY CANDRA, dalam buku --Sebuah Usaha Melupakan.

Kamis, 27 Juli 2017

Dan ditengah kekacauan logikaku
Dan diantara keberanian dan ketakutanku
Aku membunuh setiap kenyataanmu
Menghancurkan semua mimpi-mimpimu
Lantas, kau sebut apa aku sekarang?


Kekacauanku karena aku harus berpikir lebih keras lagi bagaimana mungkin aku harus menerima kenyataan dari setiap perbuatanku, aku tidak siap dengan konsekuensi apapun dari kenakalanku. Ya, aku memang pecundang.

Diantara keberanian dan ketakutanku. Aku merusak nalarku, mengesampingkan setiap pendapat aku terima disekelilingku. Hanya ada dua di pikiranku, menerima atau merusak semuanya. Dengan keberanian aku pelan2 merusak semua yang ada padanya. Jujur aku takut, takut melukai diri sendiri tapi ini harus aku lakukan.

Pada kenyataannya kita memang lari dari kenyataan, terlebih aku yang membunuh setiap kenyataanmu. Aku lebih memilih merusak segalanya. Jangan tanya kenapa? aku tidak ingin menyalahkan siapa2 dalam hal ini.

Tidak puas dengan itu, setiap mimpi2mu aku berusaha mengiyakan, mendegarkan setiap rencanamu, mendoakan agar semuanya bisa terwujud. Tapi untuk yang kesekian kalinya aku tetap memilih menghancurkannya. Aku tidak tau terbuat dari apa hatiku ini. Dan jangan tanya kenapa? aku tidak ingin menyalahkan siapa2.

Niat baikmu tak pernah ku risaukan, malah aku membalasnya dengan pengkhianatan. Tapi aku rasa kamu mmg mengerti hal ini. Namun kata "pengkhiatan" tetap abadi di akhir kisah kita, karena aku yang kau sebut cuma bisa "mempermainkan" perasaan.

Lantas, kau sebut apa aku sekarang?

Semoga kita tidak bertemu lagi dimanapun dan kapanpun, sudah cukup kau berbuat baik kepadaku. Maaf