Kamis, 27 Juli 2017

Dan ditengah kekacauan logikaku
Dan diantara keberanian dan ketakutanku
Aku membunuh setiap kenyataanmu
Menghancurkan semua mimpi-mimpimu
Lantas, kau sebut apa aku sekarang?


Kekacauanku karena aku harus berpikir lebih keras lagi bagaimana mungkin aku harus menerima kenyataan dari setiap perbuatanku, aku tidak siap dengan konsekuensi apapun dari kenakalanku. Ya, aku memang pecundang.

Diantara keberanian dan ketakutanku. Aku merusak nalarku, mengesampingkan setiap pendapat aku terima disekelilingku. Hanya ada dua di pikiranku, menerima atau merusak semuanya. Dengan keberanian aku pelan2 merusak semua yang ada padanya. Jujur aku takut, takut melukai diri sendiri tapi ini harus aku lakukan.

Pada kenyataannya kita memang lari dari kenyataan, terlebih aku yang membunuh setiap kenyataanmu. Aku lebih memilih merusak segalanya. Jangan tanya kenapa? aku tidak ingin menyalahkan siapa2 dalam hal ini.

Tidak puas dengan itu, setiap mimpi2mu aku berusaha mengiyakan, mendegarkan setiap rencanamu, mendoakan agar semuanya bisa terwujud. Tapi untuk yang kesekian kalinya aku tetap memilih menghancurkannya. Aku tidak tau terbuat dari apa hatiku ini. Dan jangan tanya kenapa? aku tidak ingin menyalahkan siapa2.

Niat baikmu tak pernah ku risaukan, malah aku membalasnya dengan pengkhianatan. Tapi aku rasa kamu mmg mengerti hal ini. Namun kata "pengkhiatan" tetap abadi di akhir kisah kita, karena aku yang kau sebut cuma bisa "mempermainkan" perasaan.

Lantas, kau sebut apa aku sekarang?

Semoga kita tidak bertemu lagi dimanapun dan kapanpun, sudah cukup kau berbuat baik kepadaku. Maaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar