Senin, 16 November 2015

Dan jika kelak harus merasakan putus cinta, aku pastikan rasanya tak akan sesakit yang sebelumnya

…setelah yang kedua atau ketiga, mungkin akuakan terbiasa…
Hidup adalah ketidakpastian, begitu pula soal perasaan. Tidak ada jaminan sebuah hubungan bisa bertahan selamanya. Seseorang yang biasanya selalu ada atau yang kita anggap “satu-satunya” bahkan bisa pergi begitu saja.
Aku, kamu, atau kalian tentu paham bagaimana rasanya ditinggalkan. Meremang dalam kesepian sambil merutuki perihnya ditinggalkan seseorang yang jadi kesayangan.Patah hati, putuscinta, atau apalah namanya. Ketika datang untuk yang pertama pasti akan luar biasa sakitnya. Tapi,
jika suatu hari dia datang lagi, aku berjanji, rasanya pasti tak akan sesakit ini!

Untuk pertama kalinya, patah hati membuat diriku remuk redam. Hidup sepertinya berantakan, semua serba tak seimbang.


Tak seorang pun bersedia jadi pihak yang ditinggalkan. Merasakan hati yang remuk redam dan menjalani kehidupan yang serba berantakan. Jangankan melangkahkan kaki untuk melanjutkan hidup yang katanya sebuah perjalanan. Untuk berdiri tegak saja tak sanggup, aku limbung dan tak lagi seimbang.
Ternyata, kembali mengakrabi kesendirian bisa membuat seseorang demikian ketakutan. Jika biasanya ada dia yang tak pernah luput dari pandangan, kini aku hanya bisa menatap diriku sendiri yang sedang ditimpa kemalangan. Aku sedang berduka, merutuki hubungancinta yang harus kandas begitu saja.


Di tengah turbulensi hidup yang sebenarnya tak diingini, aku menyadari tak ada pilihan lain kecuali bangkit dan mencoba bahagia lagi.



Bukannya mengada-ada, tapi ditinggalkan seseorang yang kitacintai itu sakitnya luar biasa. Kadang, terlintas di kepala tentang kemungkinan menyerah saja. Mengakhiri hidup atau memantapkan diri untuk melajang selamanya ketikacinta berhasil membuatku jera.
Tapi, apakah hidup harus sebegitu tragisnya? Bukankah semua orang berhak merayakan hidupnya dan berbahagia. Jelas tak ada pilihan lain kecuali mengobati lukaku sendiri. Memaafkan diri dan berdamai dengan segala yang sudah terjadi. Merelakan dia yang memilih pergi dan enggan menitipkan hati.


Di titik ini aku semakin mengerti soal cinta. Perkara menyeimbangkan gejolak rasa, logika, dan prinsip-prinsip hidup yang tak seharusnya diabaikan begitu saja.


Aku percaya setiap kesulitan selalu datang sepaket dengan pelajaran. Di balik kesakitan yang terpaksa dirasakan, pasti ada kebaikan yang kelak bisa dimanfaatkan. Ya, meski harus menikmati perihnya, patah hati ternyata membuatku semakin mengerti tentangcinta dan hubungan dua manusia.
Sekarang aku sadar bahwa hubungancinta bukan sekadar tentang dua manusia yang saling jatuhcinta dan tergila-gila. Lebih dari itu, perasaan yang bergejolak luar biasa ternyata tetap harus diimbangi dengan logika. Bahkan, perkara prinsip-prinsip hidup yang dipunya pun tak boleh diabaikan begitu saja. Semua harus bisa dikompromikan dengancara yang dewasa.


Cinta bukan kalkulasi Matematika.Akhir ceritanya pun tak melulu tentang dua orang yang menikah lalu hidup bahagia selamanya.


Soalcinta dan perasaan memang tak dapat diprediksi. Keduanya juga bukan hitungan angka yang hasilnya bisa presisi. Sebaliknya,cinta dan perasaan justru yang paling mewakili hukum ketidakpastian di bumi ini.
Naif rasanya jika aku percaya bahwa semua kisahcinta akan berakhir bahagia. Terlebih, keliru jika aku menganggap bahagia hanya milik sepasang kekasih yang bisa menikah dan hidup berdua. Bagaimana pun, kebahagiaan itu banyak bentuknya. Kisahcinta yang akhirnya harus berakhir tragis itu pun sah-sah saja.


Bahagia dan menderita letaknya hanya berbeda sisi. Jika hati memang belum mengamini, lebih baik jika memilih sendiri.


Pengalaman patah hati tak perlu selamanya dirutuki. Toh, akhirnya aku mengerti bahwa pengalaman ini pula yang menempaku untuk semakin mawas diri. Karenanya aku mampu memahami bahwa kebahagiaan dan penderitaan sebenarnya hanya berdiri berbeda sisi.
Buat apa mudah jatuhcinta dan menitipkan hati jika pada akhirnya harus tersakiti? Untuk apa berkorban atas dasarcinta yang begitu besar jika ujung-ujungnya menderita lagi? Bagiku, patah hati adalah sebuah titik balik. Sebuah momen refleksi yang mengingatkanku untuk lebih berhati-hati di kemudian hari.


Bukan berarti mati rasa, aku pun tak harus jera menjajal cinta. Tapi jika patah hati kelak terulang untuk kedua kalinya, aku pasti akan lebih tegar menjalaninya.


Di akhir hari aku menyadari bahwacinta memang salah satu hal yang bisa membuat manusia bahagia. Jadi, tak adil rasanya jika aku menyiksa diri sendiri dengan berjanji tak akan jatuhcinta lagi. Padahal, jatuhcinta sebenarnya hal yang lumrah dialami manusia sehari-harinya.
Meski pernah merasakan sakit yang luar biasa, aku tak akan jera mencerapcinta. Bagaimana pun, hatiku tak seharusnya mati rasa hanya karena pengalaman putuscinta yang pertama kalinya. Anggap saja diriku sudah melewati level ujian yang pertama. Berbekal pengalaman dan pikiran yang semakin dewasa, aku siap menjajalcinta yang berikutnya.
Dan jika kelak harus merasakan putuscinta, aku pastikan rasanya tak akan sesakit yang sebelumnya…

Semua tentang 'A'

dulu, saya takut bagaimana caranya memulai hubungan yang baru, saya tidak tahubagaimana caranya mengenal orang asing, menjalani hari-hari dan kemudian selalu bersama. saya hanya lebih suka sendiri, bergaul dengan teman-teman dan saya merasa bahagia.

RASA INI TERLALU CEPAT.
tapi setelah ada dirimu aku aku seperti bayi yang baru lahir, tidak mengenal aapa-apa kemudian ada kamu yang mengenalkanku berbagai macam bentuk dan warna-warni kehidupan. padahal aku tak pernah mau untuk berkenalan dengan kamu. setiap message jarang di reply karena aku rasa kamu hanya orang asing, dan tidak berhak untuk berada di hidupku. tapi entah kenapa kamu jadi orang yang kupersilahkan hadir dalam kekosonganku, tanpa berpikir panjang dan membutuhkan waktu lama aku sudah terjerat waktu aku juga mencintaimu.
''dibenakku hanya ada rasa yang sama seperti yang kau rasakan''

SAAT BAHAGIA DUDUK BERDUA DENGANMU
malam itu menjadi malam yang sangat istimewa, suara ombak dan angin pantai seakan merasuk dalam tubuh tapi entah mengapa saya hanya merasakan hangat di dekatmu. saya hanya bisa tersipu malu, terlalu banyak kata-kata gombalan yang ku dengar. entah itu hanya sekedar gombalan tapi aku tetap tidak perduli, yang kurasa hanya bagaian duduk berdua. saya hanya melontarkan senyum tipis mungkin ini reaksi bahwa ini adalah jawaban dari pertanyaan yang selalu kau lontarkan semenjak perkenalan itu. ya , aku mau jadi pacarmu.

KAMU : SPESIAL
Meskipun saya hanya mampu merahasiakan hubungan ini dengan teman-temanku tapi percaya kamu adalah orang terspesial dalam hidupku. hari-hariku sekarang sudah berwarna, dan sudah jelas itu karena kehadiranmu. handphone yang tidak pernah sepi dengan text-text dari kamu membuat saya merasa . iya kamu memang yang saya tunggu. saya tidak tahu apa lagi yang saya rasakan, yang pasti cuma kamu. setelah pulang kerja kamu pastikan keadaanku kalau saya baik-baik saja, ini membuat saya semakin yakin kalo kamu memang spesial.

KETIKA KAMU SIBUK DAN AKU HARUS MENGERTI
semakin lama berlalu kamu sudah ada perubahan . karena pekerjaan saya harus menunggu kamu agar tidak sibuk baru kita bisa text, untu kbeberpa hari ini memang saya selalu mengeluh karena ini, saya butuh orang yang selalu ada buat aku, bukan cuma pekerjaannya. sehari-harinya hanya seperti ini dan mulai mebuat saya bosan di tambha kamu baru bisa menemuiku selepas dinas, saya tidak suka menunggu. kalo saya text duluan jawaban kamu hanya saya sibuk, dan saya harus mengerti. seperti itu sampai pada akhirnya saya lelah, dan memilih untuk menepi.
''ketika lelah, lebih baik menepi''

RASA INI TAK SALAH, YANG SALAH HANYA WAKTU YANG TERLALU SINGKAT MEMPERTEMUKAN KITA. SAYA LELAH.
hingga tiba saatnya pertengkaran tidak bisa kita hindari, dengan alasan sibuk dan saya harus mengerti. entah itu kebohongan taupun tidak itu hak kamu meskipun saya tahu jadwal kerja kamu, sya hanya diam, menerima dan sedikit kecewa. ketika inigin bertemu saya selalu menolak alasan ini yang membuat saya kemudian tidak nyaman. dan kita sama-sama lelah. ego yang tidak bisa di hidari, dan akhirnya menepi seperti ini adalah hal yang sangat tidak saya inginkan. hanya seperti ini dan terus seperti ini. kita harus sama-sama menerima bahwa mungkin semuanya cukup sampai disini.


hidup tak selalu indah. namun tidak ada kemanisan tanpa ada kepahitan,dugaan dan rintanganlah yang mewarnai kehidupan.untuk mengecapi kebahagiaan perlu ada pengorbanan, setiap kesenangan akan ada bayaran..seperti Tuhan hadirkan pelangi selepas hujan, dan kicau burung yang menyanyikan kedamaian.. hanya iman yang mampu membuatkan kita redha dgn segala ketentuan.. biarpun hujan dalam hati. pasti ada PELANGI yg menanti :)

Minggu, 15 November 2015

Untuk Diriku Sendiri yang Memilih Pergi, Ketika Kita Tak Lagi Satu Frekuensi

“Buat apa punya pasangan jika hatinya tak satu frekuensi?”
Bagiku, menemukan pasangan yang demikianadalah ambisi tersendiri. Menurutku, satu frekuensi adalah ketika kita merasakan segala sesuatunya bersama. Bukancuma kadar perasaan yang sama, tapi jugacara berpikir dan prinsip-prinsip hidup yang tak jauh berbeda.
Tapi, aku pun tak menyangka bahwa perjuangannya akan sesulit ini. Menyatukan dua kepala manusia dengan latar belakang berbeda sulitnya luar biasa. Aku dan kamu memang pernah sama-sama berusaha. Hingga di satu titik, aku akhirnya mantap menyerah juga.

Kita pernah jatuh cinta dan saling tergila-gila. Selain kamu, tak ada laki-laki lain yang membuatku sebegini nyamannya.


Masih lekat dalam ingatan, bagaimana aku dan kamu mengawali sebuah pertemuan. Berkat campur tangan seorang teman, aku seperti menemukan pria yang selama ini diimpi-impikan. Selain garis rahang tegas dancaramu berpenampilan yang membuatku kelimpungan, kita pun ternyata punya banyak kesamaan.
Dari mulai bacaan hingga selera musik pun hampir sama. Kebiasaan-kebiasaan sederhana hingga cara kita berpikir saat menyelesaikan masalah juga tak jauh beda. Aku selalu bersyukur bisa menemukan pria yang membuatku sedemikian nyamannya. Pikirku kamu pasti akan jadi rekan menua bersama yang tak ada kurangnya.


Bersamamu tak gentar kuhadapi kerasnya dunia. Di sisimu aku merasacukup sebagai wanita.


Kamu memang bukan pria yang akan mengiyakan semua inginku. Bukan pula tipe pria yang akan sering-sering mengirimiku bunga atau rela repot-repot menyiapkan kejutan di hari ulang tahunku. Pendampingan tak sesederhana hal-hal itu.
Sehari-harinya kamu justru akan repot memastikan agar aku tak lupa makan lantaran sibuk bergumul dengan tugas-tugas kuliah. Kamu akan mulai cerewet jika aku ketahuan begadang mengerjakan soal-soal kuliah, makalah dan powerpoint. Tapi di lain hari, kamu pula yang akan menyemangati saat berbagai kesulitan harus kuhadapi. Selain bahumu yang jadi tempatku bersandar saban hari, telingamu pun tak lelah mendengarka apa saja yang aku rutuki.


Tapi, kebersamaan kita bukannya tanpa cela. Toh, menyatukan dua kepala juga bukan perkara yang sederhana.


Bohong jika aku mengaku kita tak pernah berselisih paham. Nyatanya, sesekali kita pernah bertengkar hebat ketika ada dua pendapat yang bertabrakan. Aku juga bukan wanita super sabar yang bisa mengendalikan ketika amarahmu tak dapat lagi diredam.
Untungnya, setiap perselisihan kita dahulu selalu menemukan solusi yang berimbang. Aku dan kamu sepakat agar satu sama lain tak memaksakan keinginan. Kita akan memilih jalan tengah dimana dua pemikiran yang berbeda pasti bisa dikompromikan.


Sayangnya, tak melulu kita bisa berkompromi. Dan di titik ini aku menyadari bahwa kita tak lagi satu frekuensi.


Ada saat dimana aku sangat menikmati duduk sendiri. Berteman secangkir kopi sambil mengamati hujan, awan, atau apa saja yang ditangkap mataku. Dalam diam sesungguhnya aku sedang berpikir, merenungi tentang aku dan kamu serta segala yang sudah kita lewati bersama.
Jujur keyakinanku tak sekuat dahulu. Meski masih berharap bisa melanjutkan masa depan denganmu, banyak hal yang nyatanya membuatku ragu. Ada kalanya aku merasa kamu tak bisa berkompromi dengan prinsip-prinsip hidupku. Ada saatnya aku pun meyakini bahwa jalan yang kau pilih itu keliru. Dan di titik itu kita menemui jalan buntu.


Melanjutkan hubungan ini berarti memaksakan diri. Berdua kita akan sama-sama tersakiti.


Aku percaya bahwa dua orang yang berjodoh tak harus berjuang sekeras ini. Dua manusia yang sudah direstui Tuhan tak mesti berkorban demi pasangan dan menyakiti diri sendiri. Segalanya akan dimudahkan hingga melenggang ke pernikahan.
Sayangnya, yang terjadi pada kita justru jauh berbeda. Setelah beberapa tahun kita lewati bersama, mungkin inilah saat yang tepat untukku menyerah saja. Aku dan kamu tak seharusnya meremang dalam masalah yang tak ada habisnya. Berpisah mungkin satu-satunya jalan yang akan mengantarkan kita pada bahagia.


Diriku ini sudah mantap memilih pergi. Demi kebahagiaanku sendiri dan untuk pria yang pernah sangat aku cintai.

Merelakan ribuan hari yang pernah kita lalui jelas tak mudah. Bagaimana pun, kebersamaan denganmu adalah kenangan terindah. Dalam hidupmu, aku bersyukur jadi salah satu wanita yang pernah singgah. Meski akhirnya menyerah, setidaknya aku pernah berjuang hingga tak kenal lelah.
Untuk diriku sendiri, semoga setelah ini semakin mantap melangkahkan kaki. Walaupun harus berjalan tanpa seorang pendamping di sisi, apapun itu pasti bisa terlewati. Semoga dalam perjalanan nanti dipertemukan dengan pria yang selainnya lagi. Dia yang satu frekuensi, yang kelak menemani hingga habis usia ini.

Dari Aku, Gadis yang Sedang Mati-matian Memantaskan Diri Untukmu

Kalau pertemuan memang sudah terjadwalkan, aku tak keberatan jika kini mesti menambah tabungan kesabaran. Kau boleh menuntaskan kesukaanmu maingame onlineseharian, berpusing ria lembur tugas statistik sampai malam. Gadismu ini sudah lihai menghadapi kesepian. Sementara kau sibuk menuntaskan impian, aku pun tak akan tinggal diam. Tamatkanlahdulu segala gelegak dalam dirimu. Sementara itu, aku akan menunggu — sembari terusmemantaskan diri untukmu.

Terkesan lebih mudah kalau sekarang kita mengambil jalan pintas. Namun masa depan membutuhkan ketangguhan 2 penyintas


Masa depan membutuhkan ketangguhan 2 penyintas
Mudah saja jika kita ingin tergopoh-gopoh saling menemukan. Hati tak perlu dijaga mati-matian. Bahkan langsung dibuka setiap ada dia yang menarik perhatian. Namun kita lebih memilih saling mempersembahkan dalam sebaik-baik keadaan. Meski jelas rindu pada pendampingan, menunggu jadi hal terwaras yang kini bisa dilakukan. Anehnya, kita ini 2 orang yang sama-sama percaya bahwa sesuatu yang baik sedang dipersiapkan.
Setiap rasa sepi dan meremang itu datang — ada keyakinan bahwa kita tak sepenuhnya sendirian.
Satu orang lain di luar sana,juga sedang memperjuangkan terjaganya perasaan. Meski belum dipertemukan kita tak seharusnya merasa kesepian.



Masa tunggu ini jadi waktu membiakkan mimpi. Kita akan bertemu, lalu langsung siap berlari


Masa depan membutugkan ketangguhan 2 penyintas
Bersisian sepanjang waktu tidak menjamin apa-apa. Walau tak pernah terpisah dan saling menemani setiap saat, bukan berarti impian kita akan lekat. Kau dan aku sama-sama tahu bahwa impian mesti tuntas dibiakkan sendiri sebelum nantisiap dibagi. Tak ada gunanya menjalani apa yang sama sekali minim kebaikan saat ini. Saat ini, mari kita bermimpi sendiri-sendiri.

Saat kita bertemu nanti, kamu dan aku sudah tuntas jadi 2 orang yang siap mengambil langkah panjang untuk berlari. Kita sesuaikan ritme demi kenyamanan dalam upaya saling mendampingi. Tak ada lagi impian yang belum dijajal sampai batas maksimal diri.
Kita akan bertemu, saling pandang, menemukan jemari — lalu siap menepi.

Sampai tiba saatnya nanti — waktu berbagi peluh tak harus membuat rikuh. Ketika sisi terjujur sebagai manusia malah membuat perasaan makin tumbuh


…saat sisi terjujur sebagai manusia membuat perasaan tumbuh
Tidak ada yang menjamin kita langsung bahagia setelah bertatap mata. Kita juga bisa tidak langsung mapan, mesti rela hidup pas-pasan. Pertengkaran pun bisa tidak semudah itu dihindari. Selepas bertemu nanti, kau dan aku malah bertransformasi jadi tukang kritik paling wahid bagi diri.
Katamu, “Bibirmu kan cuma 1. Buat apa lipstik sebanyak itu?” Ah, pria memang tak pernah mengerti. Bukannya lipstik ini juga kamu yang akan menikmati? Bersabarlah dulu. Sampai tiba masa-masa kasual macam itu. Saat wajah mengantukmu jadi hal yang biasa kutemukan sepulang kerja. Rengkuhmu di pinggang jadi pengantar tidur yang mengalahkan tehchamomileefek tenangnya. Saat kita bisa bebas bercinta tanpa lagi takut dosa.


Saat kegamangan karena sepi melanda, aku mohon tolong percaya. Ada gadis yangsedang berupaya mematut diri demi membuatmu bahagia


Ada gadis yang berusaha agar kamu bahagia
Walau kamu tahu aku ada, tentu kehadiranku yang belum nyata tak bisa langsung menghapus rasa sepi di udara. Kau bisa merasa tidak adil rasanya saatkawan-kawanmu menggenggam tangan wanita, sementara kau mesti meredam gejolak hati dan menjaga pandangan mata.
Tak ayal ada rasa sendirian, kesepian, butuh pendampingan. Jika ini bisa sedikit meringankan, maka kau perlu tahu bahwa dalam setiap sujud panjang kau tak pernah alpa kudoakan. Bukan berarti aku tak rindu menemuimu saat ini. Sebenarnya aku pun ingin bisa punya bahu lebar yang kapanpun bisa disandari.
Tubuhku juga rindu disapa setiap inci porimu — namun bukankah kita sama-sama tahu — hal terbijak saat ini adalah menunggu?
Sampai nanti kita bertemu.
Aku,
Gadis yang sedang jungkir balik memantaskan diri untukmu.

Selasa, 22 September 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN YANG BEROBAT DI POLIKLINIK DEWASA PUSKESMAS MATTIRO BULU





FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN YANG BEROBAT
DI POLIKLINIK DEWASA PUSKESMAS MATTIRO BULU




DEWI ANDRIANI
212240139


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH PARE-PARE (UMPAR)
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Study
            Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Berdasarkan data Global Burden of Disease (GBD) tahun 2000, 50% dari penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh hipertensi. 1 Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta penderita hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES tahun 1988-1991. 2 Penyakit kardiovaskuler menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992 dan 1995 merupakan penyebab kematian terbesar di Indonesia.
            Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar tahun 2006 didapatkan bahwa hipertensi menempati urutan ke-6 yaitu 4,12% dari 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Pinrang, sedangkan pada tahun 2007 meningkat menjadi urutan ke-4 yaitu sebanyak 6,01%. 4,5 Pada Profil Puskesmas Mattiro Bulu tahun 2006 dan 2007 disebutkan hipertensi merupakan penyakit terbanyak ketiga, yaitu sebanyak 919 penderita dari 49.241 jiwa pada tahun 2006, dan 808 penderita dari 30.929 jiwa. 6,7 Pada evaluasi semester 1 Puskesmas Mattiro Bulu tahun 2014 hipertensi merupakan penyakit kedua terbanyak, yaitu sebanyak 445 penderita.
            Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Sisanya adalah hipertensi sekunder, yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya dapat diklasifikasikan, diantaranya adalah kelainan organik seperti penyakit ginjal, kelainan pada korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid, dan lain-lain.
            Faktor risiko hipertensi antara lain adalah: faktor genetik, umur, jenis kelamin, etnis, stress, obesitas, asupan garam, dan kebiasaan merokok. Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan pria memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Asupan garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang akan secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah. Kebiasaan merokok berpengaruh dalam meningkatkan risiko hipertensi walaupun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti.
            Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penderita yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1.      Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu periode Januari-Juni 2015.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
            Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penderita yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu periode Januari sampai Juni 2015 sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat untuk membantu mencegah timbulnya komplikasi yang lebih berat.
2. Tujuan Khusus
1)      Diketahui karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, pola asupan garam, tipe kepribadian dan riwayat keluarga dengan hipertensi.
2)      Diketahui hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Polikinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.
3)      Diketahui hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Polikinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.
4)      Diketahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Polikinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.
5)      Diketahui hubungan antara pola asupan garam dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Polikinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.
6)      Diketahui hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Polikinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.
7)      Diketahui hubungan antara tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di Polikinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu.
D. Manfaat Hasil
1. Subyek Penelitian
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan subyek penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi dan komplikasinya.
2. Puskesmas Mattiro Bulu
            Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan angka kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Mattiro Bulu dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.


3. Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang
            Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan dibidang kesehatan di masa mendatang khususnya dalam penatalaksanaan pasien dengan hipertensi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya.

4. Peneliti
a)      Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.
b)      Menambah pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis
1. Gambaran Singkat Hepertensi
a)    Defenisi
            Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi.
            Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi.
            Ketika dilakukan pemeriksaan tekanan darah menghasilkan dua angka, yaitu angka yang lebih tinggi dan angka yang lebih rendah. Angka yang lebih tinggi didapat ketika jantung berkontraksi (sistolik), sedangkan angka yang lebih rendah didapatkan ketika jantuk berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120 / 80 mmHg dapat diartikan sebagai tekanan darah yang normal. Ketika terjadi tekanan darah tinggi, umumnya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi umumnya terjadi ketika tekanan darah mencapai 140 / 90 mmHG atau lebih, pengukuran tekanan darah ini dilakukan pada lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
b. Epidemiologi
            Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia 11. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah 13. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. 11 Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8%. 14 Hasil penelitian Oktora (2007) mengenai gambaran penderita hipertensi yang dirawat inap di bagian penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2005 didapatkan penderita hipertensi meningkat secara nyata pada kelompok umur 45-54 tahun yaitu sebesar
24,07% dan mencapai puncaknya pada kelompok umur 65 tahun yaitu sebesar 31,48%. Jika dibandingkan antara pria dan wanita didapatkan wanita lebih banyak menderita hipertensi yaitu sebesar 58,02% dan pria sebesar 41,98%.
c. Patofisiologi
            Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologispenting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yangdiproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubahmenjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadiangiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanandarah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengaturosmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yangdiekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggiosmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkandengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. 25Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dar Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteronmerupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengaturvolume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengancara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
 d. Komplikasi
            Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Tabel 1. Komplikasi Hipertensi

            Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.
            Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus.
            Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali.
e.  Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1.      Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggiseperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.
2.      Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
3.      Menghambat laju penyakit ginjal.
a. Non Farmakologis
            Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
1.    Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
       Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.
2.    Meningkatkan aktifitas fisik
            Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.

3.    Mengurangi asupan natrium
Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat antihipertensi oleh dokter.
4.    Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.
b. Farmakologis
            Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB).
2. Batasan Hipertensi
            Berikut ini merupakan tabel klasifikasi atau penggolongan tekanan darah pada orang dewasa yang disandur dari Wikipedia.
Tabel 2. Kalsifikasi golongan darah pada orang dewasa
Pengertian Hipertensi Definisi Hipertensi adalah
3. Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
            Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.  Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.
a. Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. 14 Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayathipertensi dalam keluarga.
b. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
            Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
c. Jenis kelamin
            Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. 19 Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
            Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.


d. Etnis
            Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar.
e. Obesitas
            Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional). 19 Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus.
Tabel 3. kategori indek massa tubuh (IMT) berdasarkan centre for obesity research and education 2007.
IMT
KATEGORI
<18,5
Berat badan kurang
18,5 – 22,9
Berat badan normal
≥ 23,0
Kelebihan berat badan
23,0 – 24,9
Beresiko menjadi obesitas
25,0 – 29,9
Obesitas I
≥ 30,0
Obesitas II

f. Pola asupan garam dalam diet
            Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masakmemasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.


Tabel 4. Kandungan Natrium pada Beberapa Makanan.
download (2).jpg
g. Merokok
            Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.
h. Tipe kepribadian
            Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan prevalensi hipertensi. Pola perilaku tipe A adalah pola perilaku yang sesuai dengan kriteria pola perilaku tipe A dari Rosenman yang ditentukan dengan cara observasi dan pengisian kuisioner self rating dari Rosenman yang sudah dimodifikasi. Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A menimbulkan hipertensi banyak penelitian menghubungkan dengan sifatnya yang ambisius, suka bersaing, bekerja tidak pernah lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas. Sifat tersebut akan mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan prevalensi kadar kolesterol serum meningkat, hingga akan mempermudah terjadinya aterosklerosis. Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

B. Kerangka Teori
tipe kepribadian
 
   

C. Kerangka Konsep












BAB III
METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Tempat Dan Waktu Penelitian
            Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mattiro bulu. Pengumpulan data dimulai pada tanggal 12 Agustus sampai 26 Agustus 2015.
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian meliputi:
a.       Variabel independen: umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, riwayat keluarga hipertensi, pola asupan garam dan tipe kepribadian.
b.       Variabel dependen: penderita hipertensi
B. Rancangan Penelitian
            Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan case control study untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penderita yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas Mattiro bulu periode Januari sampai Juni 2015.
C. Popolasi Dan Sampel
            Penelitian dilakukan terhadap kasus baru pasien hipertensi yang berobat di poliklinikdewasa Puskesmas Mattiro Bulu selama bulan Januari sampai Juni 2014 dengan jumlah 168.
            Sampel yang akan diambil berasal dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
1)   Pasien baru hipertensi, yang tercatat di buku register rawat jalan poliklinik dewasa
2)   Puskesmas Mattiro Bulu dan berobat kembali pada saat pengumpulan data.
3)   Mempunyai alamat yang lengkap dan tercatat di buku register rawat jalan dan berada diwilayah kerja Puskesmas Mattiro Bulu.
4)   Bersedia menjadi responden.
5)   Responden berada di tempat pada saat pengumpulan data..
b. Kriteria Eksklusi
a.    Pasien yang menderita penyakit diabetes melitus, penyakit ginjal, dan kelainan pada korteks adrenal. Tidak menderita penyakit psikosis.
c. Kriteria Kontrol
1) Pasien yang berobat ke Poliklnik Puskesmas Mattiro Bulu yang tidak didiagnosis menderita hipertensi dan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kelompok kasus.
2) Bersedia menjadi responden.
2. Besar Sampel
            Besar sampel penelitian ini sejumlah 146. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan total sampling dan teknik pengambilan purposive sampling.



D. Jenis Data Yang Di Kumpulkan
1. primer
            Data ini adalah data yang diperoleh dari wawancara lansung dengan  responden mengenai faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi misalnya umur, kepribadian, pola asupan diet, dak kebiasan merokok serta mengukur langsung tekanan darah pasien yang berobat di piliklinik desa Mattiro Bulu.
2. sekunder
            Data ini di dapatkan melalui catatan atau dokumentasi puskesmas Mattiro Bulu mengenai pasien-pasian yang pernah menderita hipertensi.  Pemeriksaan pasien yang menderit diabetes melitus, penyakit ginjal, dan kelainan pada korteks adrenal sesuai dengan kriterik sampel esklusi.
E. Pengumpulan Data
            Setelah didapatkan subjek penelitian, kemudian dilakukan wawancara terpimpin mengenai usia pasien, jenis kelamin, kebiasaan merokok, riwayat keluarga yang hipertensidan pola asupan garam dan tipe kepribadian dengan menggunakan kuesioner. Wawancaraterpimpin dan pengambilan kuesioner dilakukan pada subjek penelitian yang kembali berobat ulang ke poliklinik dewasa Puskesmas Mattiro bulu selama dilakukan penelitian dan melalui kunjungan rumah.
F. Pengolahan Dan Analisis Data
            Pengolahan data hasil penelitian akan dikelompokkan menjadi kelompok denganfaktor risiko dan kelompok yang tidak ada faktor risiko, pada kelompok kasus maupun pada kelompok kontrol. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan komputerisasi dengan menggunakan SPSS 12.0. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi selanjutnya data dianalisis secara:
a. Univariat
            Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel dependen dan independen untuk memperoleh gambaran karakteristik sampel menggunakan tabel distribusi frekuensi.
b. Bivariat
            Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dilakukan uji korelasi Spearman’s rho. Analisis statistik dilakukan dengan derajat kepercayaan 95% dengan tingkat kesalahan 0,05. Interpretasi hasil uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi serta arah korelasinya. Panduan lengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5. Panduan intrepretasi hasil uji hipotesis
c. Analisis faktor risiko
            Analisis ini digunakan untuk menetapkan pendugaan faktor risiko dengan outcome, dilakukan dengan menghitung berapa seringnya terdapat paparan pada kasus dibandingkan dengan kontrol, yakni berupa odds ratio (OR). Rumus penentuan OR sebagai berikut:
Analisis untuk menetapkan odds ratio ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Analisis Untuk Memperoleh Nilai Odds Ratio
            Selanjutnya untuk lebih menjelaskan seberapa besar faktor-faktor tersebut
mempengaruhi kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa
Puskesmas Mattiro Bulu, maka dihitung Population Attributable Risk (PAR), dengan rumus:

G. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
1)   Penderita hipertensi adalah penderita yang baru didiagnosis hipertensi oleh dokter yang bertugas di poliklinik dewasa Puskesmas  Mattiro Bulu, dan tercatat dalam buku register rawat jalan poliklinik dewasa, serta bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.
2)   Umur: yaitu umur penderita yang tercatat pada buku register rawat jalan poliklinikdewasa Puskesmas Mattiro Bulu. Selanjutnya dimasukkan dalam skala ordinal. Memiliki faktor risiko jika berumur 45 tahun dan dianggap tidak memiliki faktor risiko jika berumur < 45 tahun.
3)   Jenis kelamin: yaitu jenis kelamin responden yang tercatat pada buku register rawat jalan poliklinik dewasa Puskesmas Mattiro Bulu. Selanjutnya dimasukkan dalam skala ordinal. Memiliki faktor risiko jika wanita dan dianggap tidak memiliki faktor risiko jika pria.
4)   Riwayat keluarga: yaitu riwayat keluarga yang menderita hipertensi yang diketahui melalui kuesioner terpimpin. Yang dimaksud dengan keluarga disini adalah ayah kandung dan ibu kandung. Selanjutnya dimasukkan dalam skala ordinal. Jika memiliki riwayat keluarga hipertensi memiliki faktor risiko dan jika tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi tidak memiliki faktor risiko.
5)   Kebiasaan merokok : yaitu kebiasaan merokok responden yang didapatkan dari kuesioner terpimpin. Lama merokok didefinisikan sebagai waktu sejak pertama kali merokok sampai sekarang. Bila subjek berhenti merokok 6 bulan sebelumnya atau tidak pernah merokok sama sekali disebut sebagai mantan perokok atau bukan perokok 35. Selanjutnya dimasukkan dalam skala ordinal. Jika 15 batang/hari memiliki faktor risiko dan jika merokok < 15 batang/hari tidak memiliki faktor risiko.
6)   Asupan garam: yaitu tingkat asupan garam responden yang didapatkan dari kuesioner terpimpin. Selanjutnya dimasukkan dalam skala ukuran ordinal. Jika asupan 400 mg sodium dalam 4 kali/ minggu memiliki faktor risiko dan jika asupan 400 mg dalam < 4 kali/minggu tidak memiliki faktor risiko.
7)   Tipe kepribadian: yaitu tipe kepribadian penderita hipertensi yang diketahui melalui kuesioner terpimpin. Selanjutnya dimasukkan ke dalam skala ukuran ordinal. Tipe kepribadian yang beresiko (tipe A) jika berada pada skor > 56 dan tipe kepribadian yang tidak berisiko (tipe B) jika berada pada skor < 56.













DAFTAR PUSTAKA
Buku Epidemiologi Suatu Pengantar,Thomas Timmreck, jilid 1
Global Burden of Disease (GBD) tahun 2000
Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS.
2007.http;//www.CerminDuniaKedokteran.com/index.php?option=com_content&tas
k=view&id=38&Itemid=12).
Soesanto, A. M., Soenarto, A. A., Joesoef, A. H., Rachman, G. S., 2001. Reaktivitas
Kardiovaskuler Individu Normotensi Dari Orang Tua Hipertensi Primer. Jurnal
Kardiologi Indonesia. XXV (4) hal: 166 – 167.
Sianturi G. Cegah Hipertensi dengan Pola Makan. Last update 27 Februari 2003.
www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1046314663,16713, - 24k.
Anonim.Hipertensi.Primer.http://www.scribd.com/doc/3498615/HIPERTENSI
PRIMER?autodown=doc.
Susalit E, Kapojos EJ, Lubis HR. Hipertensi Primer Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal.453-470.

Ridjab DA. Pengaruh Aktifitas Fisik Terhadap Tekanan Darah. Majalah Kedokteran
Atmajaya, Volume 4, Nomor 2 2005. hal.73.

Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. 2000 hal.216.
Rayhani F. Epidemiologi Penderita Hipertensi Esensial yang Dirawat di Bagian
Penyakit Dalam Perjan RS DR. M. Djamil Padang Periode 1 Januari 2002 - 31
Desember 2003. Skripsi. Padang. 2005. Hal. 32.

 Cahyo N. Mengenal Hipertensi. http://indonesiaindonesia.com//hipertensi
%20dan%20stress.htm

 Pradono J. Prevalensi Penyakit Tidak Menular di Indonesia. Menurut Pendekatan
Lembaga Teknologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia bekerja sama dengan
Proyek Pengembangan Industri Garam Beryodium, Ditjen Industri Kimia, Agro dan
Hasil Hutan Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Retensi Kandungan Iodium. http://www.gizi.net/cgibin/
berita/fullnews.cgi?newsid1023429340,5799.