Senin, 16 November 2015

Dan jika kelak harus merasakan putus cinta, aku pastikan rasanya tak akan sesakit yang sebelumnya

…setelah yang kedua atau ketiga, mungkin akuakan terbiasa…
Hidup adalah ketidakpastian, begitu pula soal perasaan. Tidak ada jaminan sebuah hubungan bisa bertahan selamanya. Seseorang yang biasanya selalu ada atau yang kita anggap “satu-satunya” bahkan bisa pergi begitu saja.
Aku, kamu, atau kalian tentu paham bagaimana rasanya ditinggalkan. Meremang dalam kesepian sambil merutuki perihnya ditinggalkan seseorang yang jadi kesayangan.Patah hati, putuscinta, atau apalah namanya. Ketika datang untuk yang pertama pasti akan luar biasa sakitnya. Tapi,
jika suatu hari dia datang lagi, aku berjanji, rasanya pasti tak akan sesakit ini!

Untuk pertama kalinya, patah hati membuat diriku remuk redam. Hidup sepertinya berantakan, semua serba tak seimbang.


Tak seorang pun bersedia jadi pihak yang ditinggalkan. Merasakan hati yang remuk redam dan menjalani kehidupan yang serba berantakan. Jangankan melangkahkan kaki untuk melanjutkan hidup yang katanya sebuah perjalanan. Untuk berdiri tegak saja tak sanggup, aku limbung dan tak lagi seimbang.
Ternyata, kembali mengakrabi kesendirian bisa membuat seseorang demikian ketakutan. Jika biasanya ada dia yang tak pernah luput dari pandangan, kini aku hanya bisa menatap diriku sendiri yang sedang ditimpa kemalangan. Aku sedang berduka, merutuki hubungancinta yang harus kandas begitu saja.


Di tengah turbulensi hidup yang sebenarnya tak diingini, aku menyadari tak ada pilihan lain kecuali bangkit dan mencoba bahagia lagi.



Bukannya mengada-ada, tapi ditinggalkan seseorang yang kitacintai itu sakitnya luar biasa. Kadang, terlintas di kepala tentang kemungkinan menyerah saja. Mengakhiri hidup atau memantapkan diri untuk melajang selamanya ketikacinta berhasil membuatku jera.
Tapi, apakah hidup harus sebegitu tragisnya? Bukankah semua orang berhak merayakan hidupnya dan berbahagia. Jelas tak ada pilihan lain kecuali mengobati lukaku sendiri. Memaafkan diri dan berdamai dengan segala yang sudah terjadi. Merelakan dia yang memilih pergi dan enggan menitipkan hati.


Di titik ini aku semakin mengerti soal cinta. Perkara menyeimbangkan gejolak rasa, logika, dan prinsip-prinsip hidup yang tak seharusnya diabaikan begitu saja.


Aku percaya setiap kesulitan selalu datang sepaket dengan pelajaran. Di balik kesakitan yang terpaksa dirasakan, pasti ada kebaikan yang kelak bisa dimanfaatkan. Ya, meski harus menikmati perihnya, patah hati ternyata membuatku semakin mengerti tentangcinta dan hubungan dua manusia.
Sekarang aku sadar bahwa hubungancinta bukan sekadar tentang dua manusia yang saling jatuhcinta dan tergila-gila. Lebih dari itu, perasaan yang bergejolak luar biasa ternyata tetap harus diimbangi dengan logika. Bahkan, perkara prinsip-prinsip hidup yang dipunya pun tak boleh diabaikan begitu saja. Semua harus bisa dikompromikan dengancara yang dewasa.


Cinta bukan kalkulasi Matematika.Akhir ceritanya pun tak melulu tentang dua orang yang menikah lalu hidup bahagia selamanya.


Soalcinta dan perasaan memang tak dapat diprediksi. Keduanya juga bukan hitungan angka yang hasilnya bisa presisi. Sebaliknya,cinta dan perasaan justru yang paling mewakili hukum ketidakpastian di bumi ini.
Naif rasanya jika aku percaya bahwa semua kisahcinta akan berakhir bahagia. Terlebih, keliru jika aku menganggap bahagia hanya milik sepasang kekasih yang bisa menikah dan hidup berdua. Bagaimana pun, kebahagiaan itu banyak bentuknya. Kisahcinta yang akhirnya harus berakhir tragis itu pun sah-sah saja.


Bahagia dan menderita letaknya hanya berbeda sisi. Jika hati memang belum mengamini, lebih baik jika memilih sendiri.


Pengalaman patah hati tak perlu selamanya dirutuki. Toh, akhirnya aku mengerti bahwa pengalaman ini pula yang menempaku untuk semakin mawas diri. Karenanya aku mampu memahami bahwa kebahagiaan dan penderitaan sebenarnya hanya berdiri berbeda sisi.
Buat apa mudah jatuhcinta dan menitipkan hati jika pada akhirnya harus tersakiti? Untuk apa berkorban atas dasarcinta yang begitu besar jika ujung-ujungnya menderita lagi? Bagiku, patah hati adalah sebuah titik balik. Sebuah momen refleksi yang mengingatkanku untuk lebih berhati-hati di kemudian hari.


Bukan berarti mati rasa, aku pun tak harus jera menjajal cinta. Tapi jika patah hati kelak terulang untuk kedua kalinya, aku pasti akan lebih tegar menjalaninya.


Di akhir hari aku menyadari bahwacinta memang salah satu hal yang bisa membuat manusia bahagia. Jadi, tak adil rasanya jika aku menyiksa diri sendiri dengan berjanji tak akan jatuhcinta lagi. Padahal, jatuhcinta sebenarnya hal yang lumrah dialami manusia sehari-harinya.
Meski pernah merasakan sakit yang luar biasa, aku tak akan jera mencerapcinta. Bagaimana pun, hatiku tak seharusnya mati rasa hanya karena pengalaman putuscinta yang pertama kalinya. Anggap saja diriku sudah melewati level ujian yang pertama. Berbekal pengalaman dan pikiran yang semakin dewasa, aku siap menjajalcinta yang berikutnya.
Dan jika kelak harus merasakan putuscinta, aku pastikan rasanya tak akan sesakit yang sebelumnya…

Semua tentang 'A'

dulu, saya takut bagaimana caranya memulai hubungan yang baru, saya tidak tahubagaimana caranya mengenal orang asing, menjalani hari-hari dan kemudian selalu bersama. saya hanya lebih suka sendiri, bergaul dengan teman-teman dan saya merasa bahagia.

RASA INI TERLALU CEPAT.
tapi setelah ada dirimu aku aku seperti bayi yang baru lahir, tidak mengenal aapa-apa kemudian ada kamu yang mengenalkanku berbagai macam bentuk dan warna-warni kehidupan. padahal aku tak pernah mau untuk berkenalan dengan kamu. setiap message jarang di reply karena aku rasa kamu hanya orang asing, dan tidak berhak untuk berada di hidupku. tapi entah kenapa kamu jadi orang yang kupersilahkan hadir dalam kekosonganku, tanpa berpikir panjang dan membutuhkan waktu lama aku sudah terjerat waktu aku juga mencintaimu.
''dibenakku hanya ada rasa yang sama seperti yang kau rasakan''

SAAT BAHAGIA DUDUK BERDUA DENGANMU
malam itu menjadi malam yang sangat istimewa, suara ombak dan angin pantai seakan merasuk dalam tubuh tapi entah mengapa saya hanya merasakan hangat di dekatmu. saya hanya bisa tersipu malu, terlalu banyak kata-kata gombalan yang ku dengar. entah itu hanya sekedar gombalan tapi aku tetap tidak perduli, yang kurasa hanya bagaian duduk berdua. saya hanya melontarkan senyum tipis mungkin ini reaksi bahwa ini adalah jawaban dari pertanyaan yang selalu kau lontarkan semenjak perkenalan itu. ya , aku mau jadi pacarmu.

KAMU : SPESIAL
Meskipun saya hanya mampu merahasiakan hubungan ini dengan teman-temanku tapi percaya kamu adalah orang terspesial dalam hidupku. hari-hariku sekarang sudah berwarna, dan sudah jelas itu karena kehadiranmu. handphone yang tidak pernah sepi dengan text-text dari kamu membuat saya merasa . iya kamu memang yang saya tunggu. saya tidak tahu apa lagi yang saya rasakan, yang pasti cuma kamu. setelah pulang kerja kamu pastikan keadaanku kalau saya baik-baik saja, ini membuat saya semakin yakin kalo kamu memang spesial.

KETIKA KAMU SIBUK DAN AKU HARUS MENGERTI
semakin lama berlalu kamu sudah ada perubahan . karena pekerjaan saya harus menunggu kamu agar tidak sibuk baru kita bisa text, untu kbeberpa hari ini memang saya selalu mengeluh karena ini, saya butuh orang yang selalu ada buat aku, bukan cuma pekerjaannya. sehari-harinya hanya seperti ini dan mulai mebuat saya bosan di tambha kamu baru bisa menemuiku selepas dinas, saya tidak suka menunggu. kalo saya text duluan jawaban kamu hanya saya sibuk, dan saya harus mengerti. seperti itu sampai pada akhirnya saya lelah, dan memilih untuk menepi.
''ketika lelah, lebih baik menepi''

RASA INI TAK SALAH, YANG SALAH HANYA WAKTU YANG TERLALU SINGKAT MEMPERTEMUKAN KITA. SAYA LELAH.
hingga tiba saatnya pertengkaran tidak bisa kita hindari, dengan alasan sibuk dan saya harus mengerti. entah itu kebohongan taupun tidak itu hak kamu meskipun saya tahu jadwal kerja kamu, sya hanya diam, menerima dan sedikit kecewa. ketika inigin bertemu saya selalu menolak alasan ini yang membuat saya kemudian tidak nyaman. dan kita sama-sama lelah. ego yang tidak bisa di hidari, dan akhirnya menepi seperti ini adalah hal yang sangat tidak saya inginkan. hanya seperti ini dan terus seperti ini. kita harus sama-sama menerima bahwa mungkin semuanya cukup sampai disini.


hidup tak selalu indah. namun tidak ada kemanisan tanpa ada kepahitan,dugaan dan rintanganlah yang mewarnai kehidupan.untuk mengecapi kebahagiaan perlu ada pengorbanan, setiap kesenangan akan ada bayaran..seperti Tuhan hadirkan pelangi selepas hujan, dan kicau burung yang menyanyikan kedamaian.. hanya iman yang mampu membuatkan kita redha dgn segala ketentuan.. biarpun hujan dalam hati. pasti ada PELANGI yg menanti :)

Minggu, 15 November 2015

Untuk Diriku Sendiri yang Memilih Pergi, Ketika Kita Tak Lagi Satu Frekuensi

“Buat apa punya pasangan jika hatinya tak satu frekuensi?”
Bagiku, menemukan pasangan yang demikianadalah ambisi tersendiri. Menurutku, satu frekuensi adalah ketika kita merasakan segala sesuatunya bersama. Bukancuma kadar perasaan yang sama, tapi jugacara berpikir dan prinsip-prinsip hidup yang tak jauh berbeda.
Tapi, aku pun tak menyangka bahwa perjuangannya akan sesulit ini. Menyatukan dua kepala manusia dengan latar belakang berbeda sulitnya luar biasa. Aku dan kamu memang pernah sama-sama berusaha. Hingga di satu titik, aku akhirnya mantap menyerah juga.

Kita pernah jatuh cinta dan saling tergila-gila. Selain kamu, tak ada laki-laki lain yang membuatku sebegini nyamannya.


Masih lekat dalam ingatan, bagaimana aku dan kamu mengawali sebuah pertemuan. Berkat campur tangan seorang teman, aku seperti menemukan pria yang selama ini diimpi-impikan. Selain garis rahang tegas dancaramu berpenampilan yang membuatku kelimpungan, kita pun ternyata punya banyak kesamaan.
Dari mulai bacaan hingga selera musik pun hampir sama. Kebiasaan-kebiasaan sederhana hingga cara kita berpikir saat menyelesaikan masalah juga tak jauh beda. Aku selalu bersyukur bisa menemukan pria yang membuatku sedemikian nyamannya. Pikirku kamu pasti akan jadi rekan menua bersama yang tak ada kurangnya.


Bersamamu tak gentar kuhadapi kerasnya dunia. Di sisimu aku merasacukup sebagai wanita.


Kamu memang bukan pria yang akan mengiyakan semua inginku. Bukan pula tipe pria yang akan sering-sering mengirimiku bunga atau rela repot-repot menyiapkan kejutan di hari ulang tahunku. Pendampingan tak sesederhana hal-hal itu.
Sehari-harinya kamu justru akan repot memastikan agar aku tak lupa makan lantaran sibuk bergumul dengan tugas-tugas kuliah. Kamu akan mulai cerewet jika aku ketahuan begadang mengerjakan soal-soal kuliah, makalah dan powerpoint. Tapi di lain hari, kamu pula yang akan menyemangati saat berbagai kesulitan harus kuhadapi. Selain bahumu yang jadi tempatku bersandar saban hari, telingamu pun tak lelah mendengarka apa saja yang aku rutuki.


Tapi, kebersamaan kita bukannya tanpa cela. Toh, menyatukan dua kepala juga bukan perkara yang sederhana.


Bohong jika aku mengaku kita tak pernah berselisih paham. Nyatanya, sesekali kita pernah bertengkar hebat ketika ada dua pendapat yang bertabrakan. Aku juga bukan wanita super sabar yang bisa mengendalikan ketika amarahmu tak dapat lagi diredam.
Untungnya, setiap perselisihan kita dahulu selalu menemukan solusi yang berimbang. Aku dan kamu sepakat agar satu sama lain tak memaksakan keinginan. Kita akan memilih jalan tengah dimana dua pemikiran yang berbeda pasti bisa dikompromikan.


Sayangnya, tak melulu kita bisa berkompromi. Dan di titik ini aku menyadari bahwa kita tak lagi satu frekuensi.


Ada saat dimana aku sangat menikmati duduk sendiri. Berteman secangkir kopi sambil mengamati hujan, awan, atau apa saja yang ditangkap mataku. Dalam diam sesungguhnya aku sedang berpikir, merenungi tentang aku dan kamu serta segala yang sudah kita lewati bersama.
Jujur keyakinanku tak sekuat dahulu. Meski masih berharap bisa melanjutkan masa depan denganmu, banyak hal yang nyatanya membuatku ragu. Ada kalanya aku merasa kamu tak bisa berkompromi dengan prinsip-prinsip hidupku. Ada saatnya aku pun meyakini bahwa jalan yang kau pilih itu keliru. Dan di titik itu kita menemui jalan buntu.


Melanjutkan hubungan ini berarti memaksakan diri. Berdua kita akan sama-sama tersakiti.


Aku percaya bahwa dua orang yang berjodoh tak harus berjuang sekeras ini. Dua manusia yang sudah direstui Tuhan tak mesti berkorban demi pasangan dan menyakiti diri sendiri. Segalanya akan dimudahkan hingga melenggang ke pernikahan.
Sayangnya, yang terjadi pada kita justru jauh berbeda. Setelah beberapa tahun kita lewati bersama, mungkin inilah saat yang tepat untukku menyerah saja. Aku dan kamu tak seharusnya meremang dalam masalah yang tak ada habisnya. Berpisah mungkin satu-satunya jalan yang akan mengantarkan kita pada bahagia.


Diriku ini sudah mantap memilih pergi. Demi kebahagiaanku sendiri dan untuk pria yang pernah sangat aku cintai.

Merelakan ribuan hari yang pernah kita lalui jelas tak mudah. Bagaimana pun, kebersamaan denganmu adalah kenangan terindah. Dalam hidupmu, aku bersyukur jadi salah satu wanita yang pernah singgah. Meski akhirnya menyerah, setidaknya aku pernah berjuang hingga tak kenal lelah.
Untuk diriku sendiri, semoga setelah ini semakin mantap melangkahkan kaki. Walaupun harus berjalan tanpa seorang pendamping di sisi, apapun itu pasti bisa terlewati. Semoga dalam perjalanan nanti dipertemukan dengan pria yang selainnya lagi. Dia yang satu frekuensi, yang kelak menemani hingga habis usia ini.

Dari Aku, Gadis yang Sedang Mati-matian Memantaskan Diri Untukmu

Kalau pertemuan memang sudah terjadwalkan, aku tak keberatan jika kini mesti menambah tabungan kesabaran. Kau boleh menuntaskan kesukaanmu maingame onlineseharian, berpusing ria lembur tugas statistik sampai malam. Gadismu ini sudah lihai menghadapi kesepian. Sementara kau sibuk menuntaskan impian, aku pun tak akan tinggal diam. Tamatkanlahdulu segala gelegak dalam dirimu. Sementara itu, aku akan menunggu — sembari terusmemantaskan diri untukmu.

Terkesan lebih mudah kalau sekarang kita mengambil jalan pintas. Namun masa depan membutuhkan ketangguhan 2 penyintas


Masa depan membutuhkan ketangguhan 2 penyintas
Mudah saja jika kita ingin tergopoh-gopoh saling menemukan. Hati tak perlu dijaga mati-matian. Bahkan langsung dibuka setiap ada dia yang menarik perhatian. Namun kita lebih memilih saling mempersembahkan dalam sebaik-baik keadaan. Meski jelas rindu pada pendampingan, menunggu jadi hal terwaras yang kini bisa dilakukan. Anehnya, kita ini 2 orang yang sama-sama percaya bahwa sesuatu yang baik sedang dipersiapkan.
Setiap rasa sepi dan meremang itu datang — ada keyakinan bahwa kita tak sepenuhnya sendirian.
Satu orang lain di luar sana,juga sedang memperjuangkan terjaganya perasaan. Meski belum dipertemukan kita tak seharusnya merasa kesepian.



Masa tunggu ini jadi waktu membiakkan mimpi. Kita akan bertemu, lalu langsung siap berlari


Masa depan membutugkan ketangguhan 2 penyintas
Bersisian sepanjang waktu tidak menjamin apa-apa. Walau tak pernah terpisah dan saling menemani setiap saat, bukan berarti impian kita akan lekat. Kau dan aku sama-sama tahu bahwa impian mesti tuntas dibiakkan sendiri sebelum nantisiap dibagi. Tak ada gunanya menjalani apa yang sama sekali minim kebaikan saat ini. Saat ini, mari kita bermimpi sendiri-sendiri.

Saat kita bertemu nanti, kamu dan aku sudah tuntas jadi 2 orang yang siap mengambil langkah panjang untuk berlari. Kita sesuaikan ritme demi kenyamanan dalam upaya saling mendampingi. Tak ada lagi impian yang belum dijajal sampai batas maksimal diri.
Kita akan bertemu, saling pandang, menemukan jemari — lalu siap menepi.

Sampai tiba saatnya nanti — waktu berbagi peluh tak harus membuat rikuh. Ketika sisi terjujur sebagai manusia malah membuat perasaan makin tumbuh


…saat sisi terjujur sebagai manusia membuat perasaan tumbuh
Tidak ada yang menjamin kita langsung bahagia setelah bertatap mata. Kita juga bisa tidak langsung mapan, mesti rela hidup pas-pasan. Pertengkaran pun bisa tidak semudah itu dihindari. Selepas bertemu nanti, kau dan aku malah bertransformasi jadi tukang kritik paling wahid bagi diri.
Katamu, “Bibirmu kan cuma 1. Buat apa lipstik sebanyak itu?” Ah, pria memang tak pernah mengerti. Bukannya lipstik ini juga kamu yang akan menikmati? Bersabarlah dulu. Sampai tiba masa-masa kasual macam itu. Saat wajah mengantukmu jadi hal yang biasa kutemukan sepulang kerja. Rengkuhmu di pinggang jadi pengantar tidur yang mengalahkan tehchamomileefek tenangnya. Saat kita bisa bebas bercinta tanpa lagi takut dosa.


Saat kegamangan karena sepi melanda, aku mohon tolong percaya. Ada gadis yangsedang berupaya mematut diri demi membuatmu bahagia


Ada gadis yang berusaha agar kamu bahagia
Walau kamu tahu aku ada, tentu kehadiranku yang belum nyata tak bisa langsung menghapus rasa sepi di udara. Kau bisa merasa tidak adil rasanya saatkawan-kawanmu menggenggam tangan wanita, sementara kau mesti meredam gejolak hati dan menjaga pandangan mata.
Tak ayal ada rasa sendirian, kesepian, butuh pendampingan. Jika ini bisa sedikit meringankan, maka kau perlu tahu bahwa dalam setiap sujud panjang kau tak pernah alpa kudoakan. Bukan berarti aku tak rindu menemuimu saat ini. Sebenarnya aku pun ingin bisa punya bahu lebar yang kapanpun bisa disandari.
Tubuhku juga rindu disapa setiap inci porimu — namun bukankah kita sama-sama tahu — hal terbijak saat ini adalah menunggu?
Sampai nanti kita bertemu.
Aku,
Gadis yang sedang jungkir balik memantaskan diri untukmu.